REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) akan menerapkan skema baru dalam penerimaan mahasiswa masuk perguruan tinggi negeri (PTN). Skema baru ini akan diterapkan di 2023 mendatang.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Didik Wardaya, mendukung perubahan aturan seleksi masuk PTN tersebut. Menurut Didik, perubahan aturan tersebut memberikan peluang yang sama kepada seluruh calon mahasiswa.
Pasalnya, skema baru tersebut menghapus tes kemampuan akademik (TKA) dalam seleksi masuk PTN. Sementara itu, TKA diganti dengan memasukkan tes potensi skolastik (TPS) yang berfokus pada pengukuran kemampuan penalaran dan pemecahan masalah.
"Saya kira itu bagus, artinya memberi peluang yang sama kepada seluruh calon mahasiswa, terutama yang tes tidak menggunakan basis mata pelajaran. Saya kira itu bagus, suatu perkembangan," kata Didik kepada Republika saat ditemui di Disdikpora DIY, Yogyakarta, Senin (12/9).
Didik juga menyebut, tidak akan ada perubahan yang signifikan terhadap materi pembelajaran di sekolah menyusul dengan adanya perubahan aturan masuk PTN tersebut. Artinya, kata Didik, materi pembelajaran di sekolah masih akan tetap sama dengan yang sudah berjalan.
"Pembelajaran tetap, tapi kan kemudian yang digunakan alat tes untuk ke perguruan tingginya itu seperti yang disampaikan Pak Menteri (Nadiem Makarim)," ujar Didik.
"Artinya kalau di pembelajaran di sekolah kan sekarang ini kurikulum 2013 masih ada, kurikulum yang kemudian mengembangkan kurikulum mandiri dengan kurikulum yang baru itu secara mandiri juga ada, dan yang sebagai sekolah penggerak juga ada," tambahnya.
Seperti diketahui, skema seleksi masuk PTN tersebut dilakukan terhadap tiga jalur yang sudah ada selama ini, yakni Seleksi Nasional Masuk PTN (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN), dan seleksi masuk PTN jalur mandiri. Kini, SNMPTN disebut sebagai Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi, SBMPTN disebut sebagai Seleksi Nasional Berdasarkan Tes, dan seleksi masuk PTN jalur mandiri menjadi seleksi secara mandiri oleh PTN.
Mendikbudristek, Nadiem Makarim juga menyebut, perubahan skema pada SNMPTN menjadi Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi disebut akan membuat semua mata pelajaran menjadi penting di mata guru dan murid. Jika sebelumnya hanya sejumlah mata pelajaran saja yang dilihat, kini menjadi semua mata pelajaran.
"Apakah ini akan membuat pembelajaran di sekolah menjadi tidak penting untuk belajar fisika dan lain-lain? Justru kebalikannya. Karena sebelumnya itu SNMPTN hanya memfokuskan ke beberapa subjek saja, satu atau dua," kata Nadiem.
Dengan skema baru Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi, ini, semua mata pelajaran dikatakan akan menjadi penting. Sebab, penilaian akan dilihat dari 50 untuk nilai rata-rata rapor seluruh mata pelajaran.
"SNMPTN justru malah mementingkan semua mapel. Dulunya hanya satu, dua, atau tiga mata pelajaran yang penting, sekarang minimal 50 persen. Jadi sebenarnya kepentingan nilai rapot itu tinggi malah meningkat dengan perubahan permendikbud ini," jelas dia.
Sedangkan, untuk perubahan Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN) menjadi Seleksi Nasional Berdasarkan Tes, Nadiem menerangkan, jalur itu sengaja dibuat untuk jalur yang tidak ada hubungannya dengan rapor siswa di sekolah. Dia menjelaskan hanya ada tes skolastik saja yang akan dilakukan para calon mahasiswa yang mengikuti jalur baru itu.
"Dulu ada tes mata pelajaran dan ada tes itu (skolastik) dan tidak selalu tes mata pelajarannya nyambung sama mata pelajaran di SMA. Tes SBMPTN tidak ada hubungan dengan rapot. Jadi tidak ada perubahan di situ. yang diubah sekarang hanya apa yang kita ukur," jelas dia.