REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Mahasiswa Doktoral Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM mengembangkan aplikasi mHealth manajemen gejala akibat kemoterapi Chemo Assist for Children atau CAC. Aplikasi ini dikembangkan oleh Dwi Novrianda.
CAC dikembangkan bersama Prof Elisabeth Siti Herini, Dr Fitri Haryanti, dan dr Eddy Supriyadi selaku dosen pembimbing. Melalui studi kualitatif, yang kemudian dilanjutkan pengujian efektivitas penggunaan mHealth kepada kelompok eksperimen.
Aplikasi dibangun berdasarkan kebutuhan pengguna dan konten aplikasi divalidasi valid pakar serta dievaluasi oleh user berdasarkan fungsionalitas dan kemudahan penggunaan. Intervensi dengan aplikasi ini memiliki pengaruh yang signifikan.
"Kepada rata-rata skor gejala antar ketiga perubahan waktu, subskala nyeri, khawatir, kecemasan penatalaksanaan, penampilan fisik yang dirasakan dan skor total kualitas hidup antara pre-test dan post-test pada kelompok intervensi," kata Dwi, Selasa (13/9/2022).
Hasilnya dipaparkan dalam disertasi berjudul 'Pengaruh Manajemen Gejala Akibat Kemoterapi dengan Mobile Health terhadap Kualitas Hidup kepada Anak Leukemia Limfoblastik Akut.' Ia menilai, identifikasi gejala yang ditimbulkan diperlukan.
Untuk mempertahankan status kesehatan dan meminimalkan episode penyakit akut, mengoptimalkan perawatan klinis serta meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga. Langkah menentukan pengelolaan medis dan tindakan keperawatan tepat.
Selain itu, gejala akibat kemoterapi kepada setiap anak bersifat individual dan unik. Sehingga, diperlukan pemantauan gejala berdasarkan apa yang dirasakan oleh anak dan memberikan manajemen gejala berdasarkan gejala yang dirasakan tersebut.
Saat ini, area pelayanan kesehatan kanker anak beberapa negara mengembangkan aplikasi monitor dan manajemen gejala secara tunggal ataupun multipel berbasis web. Aplikasi ini memiliki potensi untuk menyediakan biaya yang lebih rendah.
Akses berkualitas tinggi sepanjang waktu, informasi kesehatan berbasis bukti ilmiah dalam skala global dan menurunkan angka kunjungan ke klinik atau RS. Responden merasa aplikasi ini bermanfaat dalam pemantauan kondisi anak.
"Mengurangi gejala, meningkatkan pengetahuan dan motivasi, serta mudah digunakan," ujar Dwi.
Adopsi teknologi mHealth CAC dalam sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit diperlukan pasien dan orang tua dalam monitor gejala akibat kemoterapi. Lalu, manajemen mandiri di bawah pengawasan tenaga kesehatan profesional.
Dengan demikian, perawat sebagai bagian integral provider kesehatan bisa menjadi role model yang mampu menyosialisasi dan memotivasi intensif penggunaan aplikasi mHealth CAC. Informasi digital diharapkan bisa diintegrasikan secara mutualisme.
"Ke sistem elektronik rekam medis pasien, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelaporan data pasien dan mendorong kualitas pelayanan perawatan pasien anak dengan LLA," katanya.