REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bocorkan cara menekan inflasi pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Namun, syaratnya adalah setiap daerah setidaknya harus mampu menekan angka inflasi komoditas pangan di angka 5 persen maksimal.
"Kemarin di Surabaya kita rapat koordinasi tingkat pusat, tingkat provinsi, tingkat daerah. Target inflasi makanan maksimal 5 persen di tiap daerah. Karena kita ada import inflation BBM sekitar 1,5 persen. Kalau kita mau inflasi rendah maka makanan tidak boleh lebih dari 5 persen," kata Airlangga, Jumat (16/9/2022).
Airlangga mengatakan bahan pangan menjadi komoditas yang menjadi indikator apakah inflasi tetap terkendali atau tidak. Khususnya terkait bahan pokok dan stok seperti beras.
"Inflasi yg perlu dimonitor adalah bahan pangan, kita punya makanan utama beras. Tiga tahun terakhir produksi 31 juta relatif aman. Kemarin rapat dengan Bulog kita minta stok bisa jaga 1,2 juta ton agar aman," terangnya.
Antisipasi inflasi seperti kenaikan harga bawang hingga cabai seperti kemarin juga perlu diwaspadai. Oleh karena itu, diperlukan sinergi lintas sektoral, khususnya pada sentra produksi bahan pangan.
"Makanan lain yang bisa menaikkan inflasi antara lain bawang merah dengan cabai rawit, cabe merah, kan tergantung musim panen. Kita minta masing daerah untuk saling bekerja sama antardaerah," tambahnya.
Selain itu, untuk mengimbangi laju inflasi pemerintah menargetkan pada kuartal akhir tahun tumbuh di angka 5 persen ke atas. Dari bantuan sosial BLT BBM diharapkan mampu memacu daya beli masyarakat dan meningkatkan ekonomi.
"Dengan menekan inflasi makanan di bawah 5 persen maka inflasi nanti akan sekitar 6 persen sampai 6,5 persen. Tentu ini akan diseimbangkan dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan sampai akhir tahun 5,2 persen, kemarin 5,44 persen," pungkasnya.