REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menjelaskan alasan dirinya melakukan pengerjaan saluran di 55 titik secara sekaligus. Bahkan tak jarang pengerjaan yang dilakukan menimbulkan gangguan lalu lintas, lantaran di beberapa ruas jalan terdapat box culvert, baik yang dalam pemasangan maupun belum dipasang.
“Karena kita harus mengcrosingkan dan mengkoneksikan antara saluran yang satu dengan yang lainnya. Insya Allah dan saya yakin ini akan jauh bisa mengurangi genangan di Kota Surabaya,” kata Eri, Jumat (30/9).
Eri mencontohkan di daerah Ketintang Madya, yang sudah puluhan tahun selalu terjadi banjir saat musim hujan. Ketinggian air bahkan bisa mencapao selutut orang dewasa saat hujan lebat. Ia pun berharap, genangan itu tidak terjadi lagi di tahun ini.
“Semoga tidak ada lagi genangan di Ketintang Madya, tidak ada lagi banjir di Gayungsari, dan tempat-tempat lainnya. Semoga itu bisa terwujud di tahun ini,” ujarnya.
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Kota Surabaya Lilik Arijanto menjelaskan, pengerjaan penanganan banjir tahun ini dilakukan di berbagai titik di Kota Surabaya. Namun, lebih fokusnya berada di dua tempat, yaitu di pusat kota dan juga di Surabaya Selatan.
“Kita fokus di pusat kota karena terpantau di awal tahun, ketika hujan posisi genangan di pusat kota cukup tinggi. Selain itu, kegiatan ekonomi di pusat kota ini sangat padat. Kemudian kenapa kita pilih di wilayah Surabaya selatan, karena wilayah selatan itu wilayah cathment area yang saluran-saluran pembuangannya itu terpanjang di Surabaya,” kata Lilik.
Menurutnya, sebelum paket pengerjaan ini dilakukan, saluran pembuangan di pusat kota itu hanya menggunakan saluran-saluran yang melalui brandgang-brandgang yang ada di pusat Kota Surabaya. Brandgang merupakan saluran peninggalan Belanda, sehingga kapasitas saluran ini sudah tidak cukup lagi untuk menampung hujan saat ini.
“Makanya, kita harus bikin terobosan baru untuk membuat saluran yang mengarah ke pembuangan terdekat di pusat kota ini, sehingga kita bikin trase-trase yang berbeda, dan ini tentunya akan mengakibatkan crosing-crosing di banyak jalan di seluruh Kota Surabaya,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan alasannya melakukan pengerjaan saluran secara bersamaan. Sebab, kata dia, mumpung musim kemarau. Menurutnya, pembangunan saluran di Surabaya itu selalu bersinggungan dengan saluran lama yang masih aktif. Apabila dilakukan pada musim hujan, tentu pembangunan saluran itu akan terhambat dengan aliran air.
“Di beberapa bulan terakhir ini, kita harus cepat untuk melakukan pekerjaan bersamaan, sehingga mengakibatkan banyak galian, banyak pemasangan crosing, banyak penempatan box culvert di pinggir jalan, dan terkadang juga mengganggu arus lalu lintas," kata dia.