REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menggelar kegiatan tebus murah sembako dalam rangka membantu warga miskin mendapatkan bahan pokok dengan harga murah. Kegiatan dilakukan sebagai upaya untuk mengendalikan inflasi akibat kenaikan harga BBM.
Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta, Sumadi mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2022, inflasi di DIY mencapai 1,05 persen (mtm). Capaian tersebut menjadikan inflasi secara tahunan menjadi 6,81 persen (yoy).
"Tujuan tebus murah sembako ini adalah membantu menghadapi persoalan saat kemarin ada kenaikan harga BBM, inflasi naik," kata Sumadi saat kegiatan tebus murah sembako di Umbulharjo.
Kegiatan tebus murah sembako sembako ini dilakukan dengan menjual paket sembako dengan harga murah. Satu paket sembako berisi beras 2,5 kilogram, gula pasir satu kilogram, dan minyak goreng satu liter.
Total satu paket sembako tersebut senilai Rp 50 ribu, namun dijual seharga Rp 25 ribu. Kegiatan itu menyasar setidaknya 2.800 kepala keluarga di Kecamatan Umbulharjo dan Kecamatan Mergangsan.
"Prioritas di Kemantren Umbulharjo dan Mergangsan karena dari data yang ada masyarakatnya banyak yang membutuhkan. Tapi nantinya di wilayah lain juga akan dilakukan," kata Sumadi.
Kepala Bagian Perekonomian dan Kerja Sama Pemkot Yogyakarta, Raden Roro Andarini mengatakan, distribusi ribuan paket sembako dilakukan secara bertahap. Pada Selasa (4/10) lalu baru didistribusikan paket sembako ke 2.000 kepala keluarga.
Namun, 800 kepala keluarga lainnya akan menerima paket sembako pada Kamis (6/10/2022) besok. Kegiatan tebus murah sembako tersebut juga dilakukan bersama dengan Bank BPD DIY.
"Kegiatan tebus murah sembako ini dalam rangka pengendalian inflasi daerah. Paket sembako ini disediakan berkat kolaborasi anggota TPID Yogyakarta dan Bank BPD DIY yang memberikan bantuan," ujar dia.
Seperti diketahui, inflasi di DIY saat ini tinggi yang mencapai 6,81 persen (yoy). Meskipun begitu, Bank Indonesia (BI) DIY menyebut inflasi DIY merupakan yang terendah dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau Jawa.
"Pada akhir triwulan III 2022 (September), DIY alami inflasi setelah sebelumnya alami deflasi secara bulanan. Namun demikian, capaian inflasi bulanan DIY lebih rendah dibandingkan provinsi lainnya di Jawa," kata Kepala Perwakilan BI DIY, Budiharto Setyawan.
Budi menyebut, inflasi DIY pada September 2022 didorong oleh kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices) dan kelompok inflasi inti (core inflation). Sedangkan, kelompok harga pangan bergejolak (volatile food) mengalami deflasi.
Inflasi terutama bersumber dari dampak langsung kenaikan harga BBM. Di sisi lain, katanya, komoditas hortikultura seperti bawang merah, cabai merah, dan minyak goreng melanjutkan deflasi, yang mana menahan laju inflasi yang lebih tinggi.