REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Pemerintah Provinsi Jawa Timur melepas ekspor perdana 200 ton kopi bermerek "Javeast Coffe" ke Mesir. Kopi tersebut merupakan hasil skema communal branding beberapa daerah di Jatim. Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jatim Andromeda Qomariah menjelaskan, kopi yang diekspor berasal dari Jember, Madiun, dan Jombang.
Andromeda menjelaskan, pada tahap pertama, kopi yang diekspor sebanyak 18 ton. Sisanya akan diekspor bertahap hingga 200 ton dengan total nilai ekspor lebih dari Rp 6,2 miliar. Andromeda menjelaskan, communal branding adalah perwujudan Jatim Berdaya, salah satu poin program pokok pembangunan dalam Nawa Bhakti Satya.
"Communal branding dengan melibatkan beberapa daerah di Jatim ini adalah yang pertama di Jatim bahkan Indonesia," kata Andromeda, Rabu (26/10).
Andromeda menjelaskan, communal branding merupakan program satu merek yang dimanfaatkan oleh banyak pelaku usaha. Skema ini menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan manajemen produksi, manajemen konsumen, dan manajemen merk guna meningkatkan nilai tambah produk, sehingga dapat memperluas akses pasar dan meningkatkan daya saing komoditas ekspor.
"Communal branding solusi menjawab 4 K yang selama ini menjadi kendala koperasi dan UKM. Yakni kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan kemasan," ujar Andromeda.
Andromeda melanjutkan, kopi merek Javeast Coffe merupakan hasil communal branding petani kopi dari koperasi di 3 desa berneda. Yaitu Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo Kabupaten Jember, Desa Wonosalam, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, serta Desa Kare, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun.
"Communal branding mendorong terwujudnya desa devisa dengan memprioritaskan wilayah yang memiliki produk unggulan sejenis atau produk complementer, sehingga dapat saling memperkuat dan menguatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata dia.
Plt Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Jatim, Jumadi mengatakan, skema communal branding adalah terobosan baru dari Pemprov Jatim untuk menjawab masalah keberlangsunga produk ketika bersentuhan dengan pasar luar negeri. Dimana stok produk akan ditopang oleh lebih dari 1 pelaku usaha.
"Untuk perdana masih komoditas kopi. Selanjutnya pada 2024 akan dikembangkan untuk komoditas lain seperti rempah hingga gula merah," ujarnya.
Jatim merupakan produsen terbesar kopi ke-5 di Indonesia setelah Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara, dan Aceh. Jumlah produksi kopi Jatim mencapai 9,7 persen dari total produksi kopi Indonesia, dengan luas tanam perkebunan pada 2021 mencapai 113,470 hektar, dan produksi 69.570 ton. Ekspor kopi Jatim sepanjang Januari-Juli 2021 secara volume telah mencapai 44.992 ton dengan nilai Rp 90,29 juta dolar AS.