REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta peternak mewaspadai ancaman penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau wabah penyakit kulit berbenjol pada hewan ternak sapi dan kerbau. Terutama setelah ditemukannya kasus LSD di Kendal, Jawa Tengah.
"Dua minggu lalu kasus LSD sudah dilaporkan masuk di Kendal, Jawa Tengah. Maka kita harus segera melakukan langkah-langkah antisipatif dan membangun kewaspadaan, jangan sampai LSD masuk Jatim," kata Khofifah di Surabaya, Senin (7/11).
Khofifah pun meminta seluruh kepada daerah dan kepala dinas peternakan kabupaten/ kota di Jatim mengambil tindakan konkret untuk mengantisipasi penyakit LSD. Langkah konkret yang dimaksud adalah dengan mempercepat vaksinasi LSD pada sapi perah maupun sapi potong di Jatim.
Utamanya, apabila ada sapi yang terindikasi terinfeksi LSD atau sudah tertular dengan vektornya, ia berharap segera dilakukan vaksinasi. "Belajar dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), sebaiknya sapi di Jatim segera divaksin baik sapi potong maupun sapi perah,” ujarnya.
Khofifah mengatakan, penyebaran penyakit ini berbeda dengan PMK. Penyakit PMK penyebarannya melalui udara, sedangkan LSD ditularkan oleh vektor meliputi nyamuk, lalat penghisap darah, dan juga caplak. Kemudian, dampak yang ditimbulkan berupa nodul 1-7 sentimeter yang biasanya ditemukan pada daerah leher, kepala, kaki, ekor, dan ambing.
Pada kasus berat, kata dia, nodul-nodul ini dapat ditemukan di hampir seluruh bagian tubuh. Munculnya nodul ini, lanjut Khofifah, biasanya diawali dengan demam hingga lebih dari 40.5 derajat celcius. Nodul pada kulit tersebut jika dibiarkan akan menjadi lesi nekrotik dan ulseratif.
Tanda klinis lainnya yaitu lemah, adanya leleran hidung dan mata, pembengkakan limfonodus subscapula dan prefemoralis, serta dapat terjadi oedema pada kaki. Selain itu, LSD juga dapat meyebabkan abortus, penurunan produksi susu pada sapi perah, infertilitas dan demam berkepanjangan, hingga mengenai daging sapi.
“Informasi yang kami dapat penyakit LSD ini cepat sekali menular dari kandang hewan sapi, dibandingkan dengan sapi lepas atau extensi,” kata Khofifah.
Meskipun tidak menular kepada manusia, Khofifah menegaskan, LSD berpotensi menimbulkan kerugian yang besar. Kerugian yang ditimbulkan sapi antara lain kehilangan berat badan karena hewan tidak nafsu makan, kehilangan produksi susu, mandul pada sapi jantan dan betina, keguguran dan kerusakan pada kulit.
Maka dari itu, kata dia, pemberian vaksin untuk mencegah penyebaran penyakit LSD kepada sapi menjadi langkah konkret yang harus ditempuh. Akan tetapi, stok vaksin untuk sapi di Jatim agar terhindar dari penyakit LSD masih dalam proses pengajuan.
Wiku Adisasmito dari BNPB mengatakan, vaksin LSD masih terbatas. Sebab, produksi vaksin ada di Afrika Selatan dan Mesir. Namun, saat ini Pemerintah Australia sudah membantu dan menyiapkan 400 ribu dosis vaksin untuk wilayah Sumatra dan sudah dimintakan untuk Jatim sekitar 300 ribuan dosis vaksin. Tetapi pekan ini baru akan dikirim sekitar 50 ribu dosis.
Apabila peternak atau kepala daerah merasa butuh percepatan ketersediaan vaksin, Wiku mengusulkan untuk meminta pengadaan vaksin peternak. Dengan kata lain, bisa mengadakan sendiri melalui koperasi atau asosisasi. Sebab, harganya sekitar Rp 20 ribuan. Ongkosnya jauh lebih murah dibandingkan dengan pakan ternak sapi (rumput) yang sekitar Rp 30 ribu per hari.
“Jadi sekali suntik bisa memberikan perlindungan untuk satu tahun. Kita bisa belajar dari pengalaman PMK yang telat," ujarnya.