Kamis 17 Nov 2022 13:43 WIB

World Peace Forum, Ajang Konsesi Atas Urgensi Perdamaian Global

Perang yang sesungguhnya harus dimenangkan adalah perang melawan kemiskinan.

Rep: C02/ Red: Muhammad Fakhruddin
World Peace Forum, Ajang Konsesi Atas Urgensi Perdamaian Global (ilustrasi).
Foto: Istimewa
World Peace Forum, Ajang Konsesi Atas Urgensi Perdamaian Global (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -– Universitas Muhammadiyah Solo akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan World Peace Forum (WPF) ke 8. Acara tersebut mengusung tema fraternity (persaudaraan) sebagai jalan tengah untuk menuju perdamaian dunia.

Dalam acara pembukaan WPF terdapat delapan pembicara. Mulai dari Chair: Prof. Dr. M. Din Syamsuddin, Tan Sri Lee Kim Yew, Chairman of Cheng Ho Multi Culture Education Trust, Rev. Laurent Basanese, Vatican’s Pontifical Council for Interreligious Dialogue, Shaikh Dr. Abbas Shuman, Former Deputy of Shaikh of Al-Azhar; Advisor of Fatwa Council of Al-Azhar, Cairo, Dr. H. M. Jusuf Kalla, Chairman of  Indonesian Council of Mosques; Chairman of Red Cross of Indonesia, Prof. Dr. Haedar Nashir, President of Muhammadiyah, Mr. Bambang Soesatyo, SE.,MBA. 

Baca Juga

Dalam sambutanya sebagai perwakilan Indonesia, Bambang mengatakan bahwa jiwa urgensi dalam WPF seharusnya dijadikan sebagai komitmen global. Sebab perdamaian adalah yang dapat dengan mudah untuk dipahami dalam berbagai bahasa.

"Perdamaian sama bernilainya baik bagi kita yang bertekad untuk memperjuangkannya maupun bagi mereka yang sedang melalaikannya. Apapun alasannya perang hanya akan membawa kerugian dan meninggalkan luka-luka dan trauma yang membutuhkan waktu yang lama untuk menyembuhkan," kata orang yang akrab disapa Bamsoet, Kamis (17/11/2022) pagi.

Pihak juga mengatakan bahwa perang yang sesungguhnya harus dimenangkan adalah perang melawan kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan serta ketidakadilan. Ia juga mengungkapkan bahwa perdamaian adalah keniscayaan bagi setiap komunitas internasional untuk dapat hidup berdampingan.

"Perdamaian adalah titik temu yang mengakomodir berbagai arus aspirasi dan kepentingan karena dunia ini begitu kaya akan keberagaman yang tidak mungkin bisa diseragamkan. Namun kita menyadari sepenuhnya bahwa perdamaian bukan sesuatu yang given tapi adalah sesuatu yang diwujudkan melalui komitmen dan langkah yang implementatif," terangnya.

Sementara itu, menurut dari Laurent Basanese perwakilan dari Vatikan mengatakan bahwa hari ini banyak orang yang sedang menyiapkan rencana untuk memecah belah orang dan bersiap untuk berperang. Oleh karena itu, pihaknya tidak menginginkan hal tersebut dan ingin hidup bersama dalam damai dengan keragaman.

"Dalam konteks hubungan umat Kristiani Muslim, Gereja Katolik sangat menghimbau semua untuk melupakan masa lalu dan bekerja dengan tulus untuk Saling pengertian dan memelihara serta Menjauhkan bersama untuk kepentingan seluruh umat manusia, keadilan sosial dan kesejahteraan moral serta Perdamaian dan Kebebasan," katanya.

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement