Ahad 20 Nov 2022 21:48 WIB

Tenaga Surya Bisa Tingkatkan Keamanan Produksi Kerapu?

Tim tersebut telah berhasil mengembangkan perangkat monitoring Keramba Jaring Apung.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Muhammad Fakhruddin
Tim Doktor Mengabdi Universitas Brawijaya (UB) mengembangkan perangkat monitoring Keramba Jaring Apung (KJA) berbasis tenaga surya. Perangkat ini berguna untuk meningkatkan keamanan produksi ikan kerapu.
Foto: Tim Doktor Mengabdi UB
Tim Doktor Mengabdi Universitas Brawijaya (UB) mengembangkan perangkat monitoring Keramba Jaring Apung (KJA) berbasis tenaga surya. Perangkat ini berguna untuk meningkatkan keamanan produksi ikan kerapu.

REPUBLIKA.CO.ID,MALANG -- Tenaga surya ternyata bisa membantu meningkatkan keamanan produksi ikan kerapu. Hal ini dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan Tim Doktor Mengabdi Universitas Brawijaya (UB) yang beranggotakan Muhammad Fauzan Edy Purnomo, Akhmad Zainuri, MT (Fakultas Teknologi), Bambang Semedi, Dhira K. Saputra (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan) dan Supriyono (Fakultas Ilmu Administrasi).

Tim tersebut telah berhasil mengembangkan perangkat monitoring Keramba Jaring Apung (KJA) berbasis tenaga surya. Perangkat ini berguna untuk meningkatkan keamanan produksi ikan kerapu.

Baca Juga

Perancang sistem KJA, Akhmad Zainuri mengatakan, penggunaan solar panel dilatarbelakangi oleh sulitnya akses listrik dari daratan Gili Ketapang. Sebab itu, perlu menggunakan tenaga surya agar tidak membebani pembudidaya dengan biaya operasional.

Walaupun begitu, terdapat tantangan yang dihadapi oleh perangkat ini. Hal ini karena kondisi gelombang yang terdapat pada perairan Gili Ketapang. "Serta ancaman korosi akibat air dan uap garam," kata Akhmad.

Akhmad dan tim memastikan perangkat tersebut akan terus dipantau secara berkala. Dengan demikian, dapat membantu pembudidaya dalam mengamankan keramba masing-masing.

KJA berbasis tenaga surya terdiri atas perangkat solar panel, sistem penerangan dan sensor. Alat ini secara otomatis bekerja apabila terdapat indikasi gerakan manusia di sekitar keramba.

Menurut Akhmad, saat ini telah terpasang dua unit perangkat monitoring pada dua area keramba di Gili Ketapang. Dia mengklaim respons positif diberikan oleh kelompok pembudidaya dengan adanya inovasi tersebut. Bahkan, masyarakat mengharapkan adanya tambahan perangkat serupa pada area-area lainnya di Gili Ketapang. 

Sementara itu, Ketua Pokmaswas Gili Bahari, Sakur mengatakan, saat ini terdapat lebih dari 400 petak keramba jaring apung (KJA) dengan komoditas utamanya berupa kerapu. Walaupun produktivitas budidaya kerapu cukup baik, akan tetapi pada saat ini marak terjadi pencurian ikan pada keramba pembudidaya. Kondisi tersebut disebabkan ketiadaan sumber daya listrik untuk pemantauan.

"Serta lokasi yang tergolong jauh dari jangkauan monitoring kelompok pembudidaya," ucapnya.

Sebagai informasi, Gili Ketapang merupakan pulau kecil di utara Probolinggo. Status pulau inj sebagai Kawasan Konservasi Laut di Jawa Timur, dengan luas total kawasan mencapai 476,78 Ha (Kepmen-KP 64/2020). Sementara itu, daratan pulau ini mencakup wilayah seluas 72 hektar (ha) dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi, mencapai 13.095 jiwa. 

Potensi daya dukung perairan  di pulau ini cukup tinggi. Sebab itu, potensi tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya laut, wisata bahari dan perikanan tangkap.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement