REPUBLIKA.CO.ID,KEDIRI -- Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri, Jawa Timur, dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) menggandeng pembahas soal survei biaya hidup, sehingga bisa diketahui pola konsumsi masyarakat sekaligus sebagai data dasar penghitungan inflasi tahun 2023.
Kepala BPS Kota Kediri Lilik Wibawati mengemukakan kegiatan survei biaya hidup (SBH) ini sengaja digelar. SBH merupakan survei pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk mendapatkan pola konsumsi masyarakat sebagai bahan penyusunan diagram timbang dan paket komoditas baru dalam perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK).
"Ini sebagai dasar penghitungan inflasi. Jadi setiap tiga tahun kami perbarui. Terakhir tahun 2018, kemudian tahun 2022 ini, bagaimana setelah adanya pandemi. Kami kumpulkan paket-paket komoditas untuk menghitung inflasi," kata Lilik di Kediri, Senin (28/11/2022).
Ia menambahkan, terdapat pengelompokan komoditas yang menjadi fokus SBH antara lain makanan, minuman, dan tembakau, kemudian pakaian dan alas kaki.
Ada juga perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, lalu perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga.
Terdapat juga kesehatan, transportasi, informasi, komunikasi dan jasa keuangan. Lalu, rekreasi, olahraga, dan budaya, pendidikan, penyediaan makanan dan minuman, serta perawatan pribadi dan jasa lainnya.
"Jadi kami menggalinya setiap hari konsumsi dari komoditas apapun, baik makanan maupun nonmakanan, kemudian hasil entry-nya kita evaluasi apakah sudah konsisten atau belum," kata Lilik.
Survei tersebut, kata dia, melibatkan petugas BPS mulai dari pendata, pengawas, hingga pengolah data. Kegiatan tersebut sengaja dilakukan TPID bersama BPS Kota Kediri setiap triwulan sekali, mulai dari awal tahun hingga akhir tahun.
"Kami sudah survei mulai Januari 2022 dan berakhir Desember 2022 untuk memperbaharui SBH tahun 2018 yang dipakai data dasar penghitungan inflasi tahun 2023," kata dia.
Dirinya berharap dari hasil survei nantinya bisa diketahui kualitas data Kota Kediri. Data tersebut diharapkan juga semakin membaik, sehingga dapat memproyeksikan keadaan riil di lapangan.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri mengungkapkan bahwa Kota Kediri mengalami deflasi pada Oktober 2022 sebesar -0,21 persen.
Deflasi tersebut terjadi karena harga beberapa komoditas bahan makanan turun. Dikatakan, capaian deflasi ini lebih baik jika dibandingkan dengan inflasi bulan September 2022 yakni sebesar 1,36 persen.
Kepala Bappeda sekaligus Koordinator TPID Kota Kediri Chevy Ning Suyudi mengemukakan bahwa penurunan angka inflasi di Kota Kediri karena sejumlah program.
"Yang berdampak paling besar dari program tersebut yakni kegiatan operasi pasar murni (OPM) secara rutin sehingga bisa mengendalikan harga komoditas. Sehingga di bulan ini bisa mengendalikan harga-harga di luar efek dari kenaikan harga BBM," kata Chevy.