REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat, inflasi tahun ke tahun atau Year on Year (YoY) Jatim pada November 2022 sebesar 6,62 persen, dari 106,52 pada November 2021 menjadi 113,57 pada November 2022. Adapun, tingkat inflasi bulan ke bulan tercatat 0,32 persen, dan tingkat inflasi tahun kalender 2022 atau year to date sebesar 5,88 persen.
Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan menjelaskan, komoditas yang dominan memberikan andil inflasi tahun ke tahun Jatim pada November 2022 antara lain bensin, angkutan udara, beras, akademi atau perguruan tinggi, mobil, sekolah dasar, rokok kretek filter, telur ayam ras, kontrak rumah, dan kue kering berminyak.
Adapun komoditas yang memberikan andil deflasi tahun ke tahun antara lain sekolah menengah atas, biaya administrasi transfer uang, dan jagung manis. "Kemudian ada brokoli, bawang putih, tissu, kelapa, udang basah, buku pelajaran SD, dan kol putih atau kubis," kata Dadang.
Sementara, beberapa komoditas yang dominan memberikan andil inflasi bulan ke bulan Jatim pada November 2022 antara lain bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras, minyak goreng, emas perhiasan, tomat, beras, tarif air minum pam, angkutan udara, dan kue kering berminyak.
Sedangkan komoditas yang memberikan andil deflasi bupan ke bupan antara lain cabai rawit, cabai merah, bensin, buah naga, mangga, alpukat, ketimun, tarif kendaraan roda empat online, ikan gurame, dan sabun mandi.
Dadang melanjutkan, jika dibandingkan tingkat inflasi tahun ke tahun di delapan kota IHK Jatim pada November 2022, kota yang mengalami inflasi tertinggi yaitu Jember sebesar 7,76 persen.
Kemudian diikuti Surabaya sebesar 6,67 persen, Malang 6,61 persen, Sumenep 6,36 persen, Banyuwangi 6,05 persen, Madiun 5,98 persen, Kediri 5,93 persen, dan Probolinggo 5,57 persen.
Sedangkan untuk tingkat inflasi tahun kalender 2022 di delapan kota IHK Jatim, Jember merupakan kota dengan inflasi tahun kalender tertinggi yaitu mencapai 6,79 persen. "Sedangkan kota yang mengalami inflasi tahun kalender terendah adalah Probolinggo sebesar 4,76 persen," ujar Dadang.