REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta menyebut bahwa gerakan zero sampah anorganik yang sudah diterapkan sejak awal 2023, mengaktifkan kembali bank sampah di tiap wilayah. Sebab, melalui gerakan tersebut, dilakukan pengumpulan, pemilahan, serta pemanfaatan sampah organik dan anorganik.
Hal ini membuat sampah khususnya anorganik diolah di bank sampah. Dengan begitu, bank-bank sampah yang sebelumnya tidak aktif, mulai aktif
Sebelum dilakukannya gerakan zero sampah anorganik, jumlah bank sampah di Kota Yogyakarta lebih dari 500 bank sampah. Namun, tidak seluruhnya yang aktif beroperasi, yang mana mencapai seratus lebih bank sampah yang sempat vakum.
"Sejak diterapkannya gerakan zero sampah anorganik di Kota Yogyakarta, sebagian warga sudah mulai melakukan kegiatan pemilahan sampah sebelum diangkut ke TPS/depo, yang berdampak pada keaktifan bank sampah di masing-masing kelurahan," kata Sub Koordinator Kelompok Substansi Penanganan Persampahan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Mareta Hexa Sevana kepada Republika, Kamis (12/1).
Tidak hanya itu, penggerobak pun sudah melakukan pemilahan sampah anorganik sebelum sampah dibuang ke TPS/depo, guna mengurangi jumlah sampah anorganik yang masih tercampur dengan jenis sampah lainnya. Bahkan, kata Mareta, beberapa penggerobak juga sudah melakukan penyekatan pada gerobak sampah untuk mendukung gerakan tersebut.
"Selain itu, sampah yang dibuang ke TPS/depo sudah mulai terpilah antara organik dan residu, sehingga mengurangi sampah yang dibuang ke TPA Regional Piyungan," ujarnya.
Gerakan zero sampah anorganik, salah satu tujuannya yakni untuk mengurangi sampah yang dibawa ke TPA Piyungan, Kabupaten Bantul. Di awal penerapan gerakan tersebut yakni pada awal 2023, terlihat pengurangan volume sampah yang dibuang ke TPA Piyungan rata-rata mencapai 15 ton per hari.
Mareta menjelaskan, volume sampah yang berkurang sebagian besar merupakan jenis sampah anorganik. Hal tersebut karena sudah banyak sampah anorganik yang dikelola di wilayah melalui bank-bank sampah.
Kegiatan panen sampah yakni penimbangan sampah yang terkumpul dari para nasabah bank sampah juga semakin cepat. "Dari laporan warga di kampung-kampung, sekarang bank sampah lebih cepat panen. Biasanya butuh waktu berbulan-bulan bisa panen, sekarang seminggu bahkan kurang sudah bisa panen," jelas Mareta.
Indikator lain terhadap pengurangan sampah anorganik, lanjutnya, juga dirasakan pemulung atau perosok sampah di depo-depo. Mareta mencontohkan, biasanya para pemulung beraktivitas dari pagi sampai siang sudah penuh satu karung bagor.
"Tapi sekarang mereka harus menunggu sampai sore baru bisa memenuhi satu karung bagor," katanya.