Selasa 22 Aug 2023 14:19 WIB

Pengolahan Sampah dengan Teknologi di DIY Direncanakan Dengan RDF

Sebelum menggunakan teknologi ini harus ada analisis dampak lingkungan yang disiapkan

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Bungkusan sampah warga mulai menumpuk di salah satu titik luar Pasar Beringharjo, Yogyakarta.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Bungkusan sampah warga mulai menumpuk di salah satu titik luar Pasar Beringharjo, Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah (Pemda) DIY berencana untuk membeli teknologi pengolahan sampah yang pengadaannya dilakukan pada 2024 mendatang. Alat yang nantinya digunakan untuk mengolah sampah ini direncanakan dengan cara dikeringkan.

Meski begitu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY, Kuncoro Cahyo Aji mengatakan bahwa untuk pengadaan teknologinya sendiri masih harus dibahas lebih lanjut.

Baca Juga

"Di 2024 itu mencoba untuk (pengolahan sampah) digagas dengan teknologi, itu rencananya pakai (cara) RDF (refuse-derived fuel), pengeringan. Jadi itu seperti incinerator itu loh," kata Kuncoro kepada Republika, Selasa (22/8/2023).

Kuncoro menjelaskan, teknologi tersebut merupakan teknologi pengolahan sampah yang sudah direkomendasikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Meski begitu, sebelum menggunakan teknologi ini harus ada analisis dampak lingkungan (amdal) yang disiapkan.

"Alat itu memang kami cari dari katalog dan yang sudah direkomendasi oleh KLHK, rencananya begitu. Hanya, kemudian yang perlu diperhatikan adalah itu kegiatan baru, sehingga harus ada amdalnya," ucap Kuncoro.

Kuncoro menyebut bahwa saat ini pihaknya bersama dengan OPD lainnya masih memproses terkait amdal tersebut. "Selesai amdalnya ya nanti tergantung kesiapan, tahapan-tahapannya dipenuhi," katanya.

Pemda DIY sudah menyebut bahwa pengadaan alat tersebut dilakukan dengan mengajukan pinjaman daerah ke BPD DIY sebesar Rp 100 miliar. Pinjaman tersebut ditargetkan dalam jangka lima tahun, meski saat ini rencana peminjaman tersebut masih dikaji.

Sebelumnya, Dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Wiratni juga menanggapi terkait pembelian alat tersebut. Ia menilai bahwa teknologi yang berhasil dipakai di negara lain belum tentu berhasil digunakan di Yogyakarta.

"Kalau boleh berpesan untuk Pemerintah Daerah Yogyakarta, intinya teknologi yang berhasil di tempat lain itu belum tentu itu the best juga untuk di Yogyakarta, karena dilihat karakteristik sampahnya, misalnya teknologi yang terbukti di Singapura berhasil Singapura jadi sebersih itu. Apa iya kalau teknologi itu kita beli kita pasang di jogja terus kita otomatis seindah Singapura? Sebersih Singapura? Itu belum tentu," kata Wiratni dalam kegiatan Pojok Bulaksumur, di UGM, Senin (21/8/2023).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement