Selasa 17 Jan 2023 14:33 WIB

Masih Banyak Mahasiswa Kesulitan Bayar UKT

Besaran UKT tidak sesuai dengan kemampuan bayar mereka.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Yusuf Assidiq
Tangkapan layar penulis utas kasus Nur Riska, mahasiswa UNY yang memperjuangkan penurunan UKT hingga wafat, Ganta Semendawai (kanan) dalam sebuah diskusi bertajuk
Foto: Tangkapan layar
Tangkapan layar penulis utas kasus Nur Riska, mahasiswa UNY yang memperjuangkan penurunan UKT hingga wafat, Ganta Semendawai (kanan) dalam sebuah diskusi bertajuk

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), yang juga kawan Nur Riska mahasiswi UNY yang memperjuangkan penurunan Uang Kuliah Tunggal (UKT) hingga wafat, Ganta Semendawai, mengungkapkan bahwa ada banyak mahasiswa UNY yang kesulitan membayar UKT. Dari angket yang disebar UNY Bergerak, Ganta menyebut ada 97 persen dari seribuan mahasiswa yang mengisi angket yang mengaku tak bisa membayar UKT.

"Dari UNY bergerak ada seribuan mahasiswa yang mengajukan laporan yang mengatakan bahwa 97 persen dari orang yang mengisi angket yang disebarkan UNY Bergerak, 97 persennya menyatakan UKT yang mereka terima tidak sesuai dengan kemampuan bayar mereka, artinya ada 97 persen di antara seribuan mahasiswa yang bahkan itu baru cuma angket itu, yang kita gak tau nasibnya yang lain," kata Ganta dalam diskusi bertajuk 'Ada Apa dengan UNY' yang disiarkan secara daring, Senin (16/1/2023) malam.

Ganta menegaskan Nur Riska bukanlah satu-satunya korban. Kasus yang dialami Nur Riska merupakan salah satu contoh kasus dari banyak permasalahan yang dialami mahasiswa UNY lainnya. "Ada banyak korban lain yang nasibnya lebih buruk, ada banyak korban lain yang nasibnya sama di UNY," ungkapnya.

Menurutnya viralnya utas yang ia buat karena masalah UKT telah menjadi keresahan nasional. Ia memahami isu komersialisasi pendidikan bukanlah isu populer. Lebih dari enam tahun dirinya berkuliah di UNY, Ganta mengaku tak pernah didengarkan terkait keluhannya tersebut.

"Nggak ada yang peduli dengan isu ini, tapi itu terpendam, kemarahan itu terpendam dan terasa. Kita akan bicara dengan korban-korban lainnya yang merasakan dampak UKT, tapi yang perlu di highlight korbannya bukan hanya satu, bertahun-tahun gitu," ujar dia.

"Apa yang saya lakukan ini berangkat dari satu rasa sakit yang akut bagi saya, yang pelik bagi saya melihat teman-teman yang mengalami masalah yang sama," imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement