REPUBLIKA.CO.ID, KlATEN -- Dinas Ketahanan Pangan Dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, menyebut sudah ada 74 kasus pada ternak yang terserang virus Lumpy Skin Disease (LSD) di wilayah setempat.
Kepala DKPP Klaten, Widiyanti mengatakan, kasus LSD ditemukan di Kecamatan Tulung pada Desember lalu. Namun, menurutnya per 17 Januari kemarin telah menyebar di kecamatan lainnya.
"Sampai dengan tanggal 17 sudah ada 74 kasus, di Kecamatan Tulung, Jatinom Klaten Utara, Bayat, hingga Kemalang," kata Widiyanti ketika dihubungi, Kamis (19/1/2023).
Pihak DKPP mengatakan untuk melakukan pengendalian terhadap virus tersebut pihaknya terus memantau pasar-pasar yang ada di sekitar lokasi ternak terpapar virus. "Salah satunya paling efektif kita menjaga di pasar, ternak sebelum ke pasar kita periksa. Pada Ahad di Jatinom kita tingkatkan pengawasan untuk ternak yang masuk ke pasar. Misal ditemukan gejala LSD kita kasih obat terus suruh pulang," terangnya.
Seiring hal itu, sampai saat ini terus dilakukan pengobatan sekaligus vaksinasi. Tujuannya untuk mendukung ternak sehingga memiliki antibodi untuk melawan virus.
"Kita sudah melakukan pengobatan juga vaksinasi di sekitar lokasi ditemukan kasus. Kalau pengobatan itu supporting untuk daya tahan ternak lebih tinggi sehingga bisa kuat melawan virus," katanya.
Sedangkan stok vaksin di Klaten, Widiyanti mengatakan bahwa hampir sekitar 2.600 dosis. Sedangkan ternak yang sudah divaksin sekitar 135 ekor.
"Vaksin yang ada khususnya untuk LSD yang sudah kita vaksin kan data riilnya hampir 1.000an di beberapa lokasi, di lokus kejadian kita optimalkan vaksin," katanya.
Namun, Widiyanti mengakui mengalami beberapa kendala, khususnya untuk edukasi pada para peternak berkaitan dengan pengendalian penularan yang melalui vektor tersebut.
"Kendalanya peternak juga memerlukan edukasi karena penyakit yang disebabkan virus perlu menjadi poin penting untuk bisa melakukan pengendalian pada penyakit," katanya.
LSD ditularkan melalui gigitan serangga yakni, lalat, nyamuk, dan caplak. Namun, ia mengatakan bahwa tingkat morbid penyakit ini lebih rendah dibandingkan penyakit kuku dan mulut (PMK).
"Yang perlu kita perhatikan adalah lalat karena daya terbangnya jauh mencapai 22 km ini yang harus kita perhatikan kita sudah istilahnya bersurat ke kecamatan ke desa kita koordinasi ke pasar hewan ini untuk semuanya untuk tetap waspada biosecurity peningkatan kebersihan lingkungan," terang dia.