REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mempersiapkan skema mengatasi persoalan kenaikan harga minyak goreng merek MinyaKita melalui skema operasi pasar di wilayah setempat. Oleh karenanya, Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan Kota Surabaya diminta berkoordinasi bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
"Kalau Harga Eceran Tertinggi lebih tinggi, kami sudah persiapkan skema mengatasi hal itu. Dinas Koperasi akan koordinasi dengan Disperindag Jawa Timur untuk melakukan operasi pasar," kata Eri kepada wartawan, Sabtu (4/2/2023)
Sementara itu, berdasarkan pantauan di Pasar Tambahrejo Surabaya, MinyaKita sudah sulit ditemukan. Munani salah seorang pedagang di sana mengatakan minimnya pasokan MinyaKita sudah terjadi sejak dua bulan lalu.
Kelangkaan menyebabkan kenaikan harga produk itu. "Barang sulit memang, sudah hampir dua bulanan. Jualnya sekarang Rp 16 ribu, sebelumnya memang Rp 14 ribu, naik-naik terus," kata Munani pedagang di Pasar Tambahrejo.
Munani mengaku, kenaikan harga di atas ketentuan pemerintah berdampak pada turunnya minat masyarakat untuk melakukan pembelian produk subsidi itu. Masyarakat saat ini cenderung beralih ke mereka minyak goreng lain, lantaran harga yang masih terjangkau.
"Ini masih ada tetapi menghabiskan stok, sejak dua mingguan. Tidak ada yang beli. Orang-orang pindah beli merek lain lebih murah, aku ambil Rp 14 ribu, jualnya Rp 14.500," ujarnya.
Hal senada juga diutarakan oleh Fatimah, pedagang di Pasar Pucang Anom. MinyaKita disebutnya sudah sulit ditemukan sejak dua bulan lalu. "Langka produknya, sudah dua bulan. Saya tidak jual sama sekali," katanya.
Fatimah menyebut pemerintah memang menetapkan Harga Eceran Tertinggi MinyaKita di angka Rp 14 ribu, namun harga kemudian mengalami peningkatan. "Kemarin kulakan Rp 12.500 dijualnya Rp 15 ribu, beda sama tag harga. Kulaknya (pembelian dalam jumlah besar) Rp 17.800, makanya tidak jual. Sekarang orang beli merek lain," ujarnya.