REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO -- Penjualan hewan ternak khususnya sapi mengalami penurunan selama satu bulan terakhir. Hal tersebut menyusul merebaknya penyakit lumpy skin disease (LSD) yang menyerang kulit sapi.
Kepala Bidang (Kabid) Peternakan dan Kesehatan Hewan Distankan Sukoharjo Arif Rahmanto membenarkan adanya penurunan penjualan sapi di pasar hewan. Bahkan ia mengatakan kondisi pasar sepi dari aktivitas jual beli ternak.
"Kalau di pasar hewan itu kemarin memang menurun jumlah ternak yang masuk untuk diperdagangkan, itu tidak seperti biasa. Ya hampir antara sepertiga sampai separuhnya, (setengahnya)," kata Arif ketika dihubungi Republika, Selasa (14/2/2023).
Arif menjelaskan kondisi pasar sepi tersebut sudah berlangsung sekitar sebulan. Namun, pihaknya masih akan menyelidiki lebih lanjut apakah hal tersebut lantaran penyakit lSD atau tidak.
"Sudah sekitar empat pekan, tapi kita belum tahu apakah karena LSD atau bukan. Kita lihat kondisi pasar sepi," ujarnya.
Selain itu, Arif juga menjelaskan per Ahad (12/2/2023) kasus LSD di Kota Makmur tersebut telah mencapai 355 kasus di 11 kecamatan. Di antaranya ada satu sapi yang meninggal di Mojolaban. "Sudah hampir semua kecamatan kecuali kecamatan grogol (terserang LSD)," kata dia menuturkan.
Arif juga menjelaskan pihaknya telah menerima vaksin LSD sekitar 1,020 dosis. Sedangkan penerapan vaksinasi pada ternak sudah dilakukan pada 490 ekor ternak.
Kendati pasar sepi dan angka penyebaran LSD naik, Arif menjelaskan belum ada kebijakan untuk menutup pasar. Namun, ia mengatakan pihaknya melakukan pengawasan pada lalu lintas ternak yang ada di setiap pasarnya.
"Belum ada. Setiap pasaran kita ada petugas jadi ternak yang datang kita sama petugas itu lihat kesehatannya, ada tanda LSD ya kita putar balik gak boleh masuk. Kita lakukan desinfeksi ternak yang masuk," tegasnya.