Rabu 22 Feb 2023 15:25 WIB

Soft Opening Masjid Sheikh Zayed, Cek Kesiapan Sarana Jamaah Disabilitas

Ketika menata shaf, jamaah tunanetra ternyata masih mengalami kendala.

Rep: c02/ Red: Yusuf Assidiq
 Suasana shalat Dhuhur berjamaah saat soft opening Masjid Raya Sheikh Zayed Solo, Rabu (22/2/2023).
Foto: Muhammad Noor Alfian
Suasana shalat Dhuhur berjamaah saat soft opening Masjid Raya Sheikh Zayed Solo, Rabu (22/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Jelang pembukaan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo untuk umum pada 28 Februari mendatang, pihak pengelola menggelar soft opening, Rabu (22/2/2023). Direktur operasional Masjid Zayed, Munajat mengatakan, soft opening kali ini adalah dalam rangka mengecek kesiapan sarana dan prasarana pendukung.

Ia mengatakan setidaknya ada 200 orang yang hadir dan di antaranya para difabel untuk menikmati sekaligus mengevaluasi kekurangan yang masih ada.

"Ini baru soft opening. Tadi kan beberapa dari petugas memerhatikan sejak masuk, mulai dari jalannya gimana. Mulai masuk terhambat atau tidak. Ini kan baru 200-an undangan nanti kalau 1,000 masuk gimana. Nanti ini sedang kita evaluasi. Intinya kita sebenarnya mau mengecek kesiapan semua tim yang ada sejauhmana di masjid ini," kata Munajat.

Munajat menjelaskan salah satu evaluasinya adalah ketika menata shaf, jamaah tunanetra ternyata mengalami kendala karena memakan banyak waktu. Namun, ia mengatakan bahwa pihaknya akan mencari vendor untuk membuat teknologi agar lebih mudah dalam mengatur shaf.

 

"Nah ini sedang kita diskusikan, kemarin kita baru mencari vendor yang bisa mengatur shaf memakai laser atau apa. Kami mencari tidak hanya di Indonesia, tapi kami baru mencari," katanya.

Dikatakan, masjid ini adalah simbol persahabatan antara Presiden Joko Widodo dengan Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed bin Zayed. Ia berharap masjid ini dapat membawa kenyamanan dan kemakmuran masyarakat Solo dan sekitarnya.

"Masjid ini adalah buah dari persahabatan Presiden Jokowi dengan Mohammed bin Zayed, Presiden UEA. Jadi keindahan ini adalah simbol persahabatan beliau. Kemudian dieskalasi menjadi persahabatan dua negara Indonesia dengan UEA. Lewat beliau akan dikembangkan lagi menjadi tiap orangnya, yakni antara masyarakat Indonesia khususnya Solo dengan UEA," ujarnya.

Sementara itu, Anto, salah seorang disabilitas dari Komunitas Hore-hore, menuturkan bahwa untuk penandaan masih kurang. Misalnya tempat parkir khusus untuk disabilitas.

"Untuk teman-teman kalau bisa parkir untuk dikasih tanda. Seperti gambar kursi roda, cuma dikasih tanda begitu," katanya.

Selain itu, Meita mengatakan bahwa akses untuk disabilitas sudah memenuhi. Namun, ia mengatakan bahwa masih kurang fasilitas bagi para disabilitas, seperti kursi bantu untuk shalat.

"Di antara kami itu kan ada yang tidak bisa duduk. Jadi mohon fasilitas kursi, hanya itu saja. Untuk yang lain insya Allah untuk saat ini kelihatannya akses buat kita ini yang kita harapkan ya," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement