Jumat 10 Mar 2023 05:56 WIB

Kemenparekraf Minta tak Ada Lagi Wisman Komplain Kearifan Lokal

Pengelola destinasi wisata mesti mampu memberikan pemahaman kepada wisatawan.

Belasan wisatawan mancanegara (wisman) di Bali menyampaikan protes soal suara kokok ayam di pagi hari/ilustrasi.
Foto: Unsplash
Belasan wisatawan mancanegara (wisman) di Bali menyampaikan protes soal suara kokok ayam di pagi hari/ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Plt Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Frans Teguh meminta tidak ada lagi kasus wisatawan mancanegara maupun lokal yang komplain dengan kearifan lokal seperti yang terjadi di Bali.

"Saya kemarin mendapat informasi. Ini sebetulnya karena euforia berlebihan karena banyak wisatawan yang datang sekarang ke Bali, tapi rupanya mereka sudah mulai komplain. Wisatawan komplain sama daerah, sama destinasi. Ini terbalik-balik," kata Frans Teguh dalam Destination Management Forum (DMF) seri #4 di Yogyakarta, Kamis (10/3/2023).

Seperti diwartakan, sebanyak 17 wisatawan mancanegara mengirimkan petisi ke Kantor Camat Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, yang berisi komplain atas suara kokok ayam yang terdengar setiap hari hingga tempat mereka menginap.

Agar hal serupa tidak berulang di kemudian hari, kata Fransmaka, pengelola destinasi wisata mesti mampu memberikan pemahaman kepada wisatawan mengenai kearifan lokal yang harus dijunjung dan dipatuhi.

"Saya hanya ingin mengatakan bahwa ini tentang manajemen destinasi yang harus betul kita atur rumah tangganya agar yang datang sebagai pengunjung dan tamu harus tahu persis apa nilai-nilai lokal yang harus dijunjung dan diikuti," kata dia.

Kendati kunjungan wisatawan amat dibutuhkan, menurut Frans bukan berarti pengelola destinasi wisata tidak boleh menerapkan aturan kepada mereka.

"Kita butuh wisatawan tapi jangan sampai overacting. Ini perlu kita perkuat kepekaan mengatur wisatawan. wisatwan harus diatur, baik domestik maupun mancanegara," ujar dia.

Dalam kesempatan itu, Frans juga meminta destinasi wisata mampu menjaga reputasi sehingga mampu diminati pengunjung baik lokal maupun mancanegara secara berkelanjutan.

"Reputasi destinasi adalah sesuatu yang harus kita pertahankan karena siklus destinasi itu bisa macam-macam. Ada banyak destinasi yang populer pada suatu masa tapi kemudian tidak populer lagi," kata dia.

Pengembangan destinasi wisata berdaya saing dan berkelanjutan, menurut Frans, amat penting melalui penguatan jejaring serta peningkatan kapasitas para pemangku kepentingan.

Dalam kesempatan itu, Direktur Destinasi Pariwisata Badan Pelaksana Otorita Borobudur (BPOB) Agustin Peranginangin mengakui bahwa sinergitas ekosistem pariwisata penting untuk keberhasilan pembangunan.

Ia mengatakan BOB memiliki peran dalam mendukung jejaring dan peningkatan kapasitas ekosistem pariwisata, khususnya di lingkungan Kemenparekraf dan tiga destinasi prioritas di Indonesia.

"Jejaring dan sinergitas ekosistem pariwisata sangat penting untuk keberhasilan pembangunan di tiga kawasan super prioritas. BOB ikut serta mendukung peningkatan kapasitas tersebut," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement