Jumat 24 Mar 2023 05:09 WIB

Dua Tahun Ditiadakan, Tarling di Jateng Kembali Digelar

Tempat ibadah diminta digunakan sebagai tempat beribadah dan memberikan kesejukan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Fernan Rahadi
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dalam acara tarawih keliling (tarling) putaran pertama tingkat Provinsi Jawa Tengah, di gedung Gradhika Bhakti Praja, Kamis (23/3/2023) malam.
Foto: Dok Republika
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dalam acara tarawih keliling (tarling) putaran pertama tingkat Provinsi Jawa Tengah, di gedung Gradhika Bhakti Praja, Kamis (23/3/2023) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Dua tahun pandemi memaksa kegiatan tarawih keliling (tarling) tingkat Provinsi Jawa Tengah harus ditiadakan. Kini kegiatan ibadah di bulan suci Ramadhan ini kembali digelar oleh Badan Amalan Islam Provinsi Jawa Tengah.

Rangkaian tarling tingkat Provinsi Jawa Tengah pada Ramadan 1444 Hijriyah kali ini dimulai dari Gedung Gradhika Bhakti Praja, kompleks Kantor Gubernur Jawa Tengah, di Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (23/3/2023) malam.

Kegiatan ini diikuti oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo beserta jajaran forkopinda serta unsur DPRD Provinsi Jawa Tengah. Bertindak sebagai imam salat dalam tarling putaran pertama ini adalah Ketua Baznas Jawa Tengah, KH Ahmad Daroji.

Sementara penceramah kajian Islam dilakukan oleh Kepala Kanwil Kemenag Jawa Tengah, Musta'in Ahmad. "Alhamdulillah kita bisa memulai tarawih keliling lagi, seperti sebekum pandemi," kata Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Ganjar menjelaskan, momentum tarling seperti ini juga dapat digunakan sebagai kegiatan untuk mengamalkan nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan, khususnya dalam konteks hubungan antar manusia  sebagaimana yang disampaikan oleh penceramah.

"Tadi pak Kakanwil Kemenag, menyampaikan yuk kita gunakan tarawih keliling ini sebagai satu kegiatan di mana kita punya nilai-nilai kemanusiaan dalam konteks relasi hablum minannas," jelasnya.

Tak hanya itu, menjelang tahun politik, Kakanwil Kemenag Jawa Tengah juga mengajak agar tempat- tempat ibadah digunakan sebagai tempat untuk beribadah dan  memberikan kesejukan. "Itu yang menurut saya juga penting," ujarnya.

Bulan suci Ramadan, juga menjadi momentum untuk instrospeksi dan menumbuhkan rasa kemanusiaan. Seperti halnya yang dilakukan masyarakat selama dua tahun saat menghadapi pandemi.

"Mudah-mudahan banyak pesan-pesan damai, pesan baik dan juga  pesan kemanusiaan yang menyejukkan. Termasuk untuk membangkitkan semangat saling tolong menolong dan saling membantu, di bulan berlimpah berkah ini," kata Ganjar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement