Oleh : Fahmi Irfanudin, Lc., M.S.I*
REPUBLIKA.CO.ID, Dalam Sunan Ibnu Majah disebutkan bahwa suatu ketika Thalhah bin Ubaidillah bercerita, ada dua orang lelaki dari suku Bulayyin yang datang kepada Nabi Shalallahu'alaihi was sallam kemudian mereka masuk Islam bersamaan. Salah satu dari keduanya sangat semangat dalam berislam dari temannya. Lelaki itu ikut berperang lalu akhirnya mati syahid. Sedangkan lelaki satunya masih hidup satu tahun lebih lama baru kemudian meninggal dunia.
Singkat cerita, Thalhah bermimpi berada di gerbang surga bersama kedua laki-laki tersebut. Lalu ada seseorang yang keluar dari surga dan mengizinkan kepada laki-laki yang meninggal terakhir untuk masuk ke dalam surga. Lalu ia keluar lagi dan mengizinkan kepada laki-laki yang mati syahid untuk masuk surga. Setelah itu, orang tersebut kembali kepada Thalhah dan berkata. "Kembalilah, kamu belum waktunya!"
Thalhah menceritakan hal itu kepada para sahabat dan mereka pun merasa heran. Hingga hal itupun sampai ke telinga Rasul Shalallahu'alaihi was sallam lalu beliau bersabda: "Apa yang kalian herankan?" Mereka berkata: "Wahai Rasulullah, lelaki yang semangat berislam dan mati syahid masuk surga setelah lelaki yang satunya?"
Kemudian beliau bersabda: "Bukankah lelaki yang masuk surga terlebih dahulu ini masih hidup lebih lama satu tahun?" Mereka menjawab, "Benar wahai Rasulullah." Lalu beliau bersabda: "Dan ia berjumpa dengan bulan Ramadhan, melaksanakan puasa, shalat, dan juga ibadah lainnya sepanjang satu tahun itu?" Mereka menjawab, "Benar wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Maka sungguh sangat jauh perbedaan keduanya dalam kebajikan lebih jauh dari jarak antara langit dan bumi."
Hadits tersebut jelas menunjukkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa. Ketika kita bertemu dengan bulan Ramadhan, kemudian kita optimalkan dengan berbagai amal ibadah dengan penuh imanan wahtisaban (keimanan dan harapan akan pahala) maka itu akan semaikin mendekatkan diri kita kepada Allah dan mengangkat derajat kemuliaan kita di sisi-Nya.
Tidak heran jika generasi salaf sangat rindu untuk bertemu dengan bulan Ramadhan. Bahkan disebutkan Ibnu Rajab al-Hambali dalam kitabnya Lathaif al-Ma’arif bahwa generasi salaf biasa berdoa selama enam bulan agar mereka dipertemukan dengan bulan Ramadhan, dan mereka akan berdoa selama enam bulan setelahnya agar ibadah mereka di bulan Ramadhan diterima Allah Ta'ala.
Kerinduan itu ada pada diri mereka karena mereka sadar dan paham betul tentang keutamaan dan keistimewaan bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan bukan sekedar bulan puasa, tapi juga bulan kesabaran, bulan penuh ampunan, bulan Alquran, bulan ibadah, bulan sedekah, bulan tarbiyah bagi orang-orang yang beriman, juga bulan dilipatgandakan pahala segala amal kebaikan.
Maka mari kita optimalkan hari-hari yang ada di bulan Ramadhan ini dengan berbagai amal ibadah yang tentunya dilandasi dengan keihkhlasan dalam beramal dan ilmu yang benar sebagaimana yang telah dicontohkan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam. Jangan sampai kita termasuk dalam golongan orang-orang yang disebutkan Beliau dalam sabdanya: "Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi balasan dari puasanya adalah lapar dan haus saja, dan betapa banyak orang yang shalat malam (tarawih), tetapi balasan dari shalatnya hanyalah capai dan kantuk saja," (HR Ibnu Majah).
Semoga juga nanti dengan berakhirnya bulan Ramadhan kita tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang merugi, yaitu orang-orang yang tidak mendapatkan ampunan Allah Ta'ala. "Rugilah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dan dosa-dosanya belum diampuni," (HR Tirmidzi).
*Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)