Oleh : Irkhamiyati, M.IP*
REPUBLIKA.CO.ID, "Barang siapa bergembira menyambut datangnya bulan Ramadhan, maka Allah SWT akan mengharamkan jasadnya masuk neraka."
Hadist tersebut menjelaskan kemuliaan bulan Ramadhan. Sesuatu yang ironis Ramadhan bulan mulia, namun ada yang asal-asalan dalam menjalaninya.
Alkisah di sebuah kampung yang merupakan bagian dari Daerah Istimewa di negara kita. Warga kampung sangat bersemangat menyambut momen-momen kegiatan non keagamaan.
Sebaliknya warga hanya asal-asalan menyambut Ramadhan. Buka bersama hanya sekadar makan bersama saja, tadarus Alquran seadanya, dan ceramah solat tarawih bagaikan koar-koar sang penjual jamu di pasar, yang tidak didengarkan oleh jamaah.
Pemateri sudah tua, tidak jelas isi ceramahnya, tidak berganti orang, sehingga membosankan. Kegiatan sehabis Shubuh, jamaah bertadarus mengikuti bacaan sang kiai yang sama. Surat yag dibaca diulang-ulang karena kiai lupa atau mengikuti bacaan yang sudah dibaca ketika di rumah. Hal itu membuat warga kurang bersemangat.
Hijrah Massal
Kondisi tersebut menjadi perhatian penulis untuk mengajak warga berhijrah secara massal. Tidak mudah mengubah kultur suatu daerah, dari kultur yang lebih hedonisme dan kejawen ke kultur yang religi.
Hijrah atau berpindah adalah perpindahan dari dari metode dan kebiasaan lama ke hal-hal baru. Penulis mengawali hijrah dengan pendekatan kepada kepala dukuh, takmir, dan remaja secara personal dan rapat.
Tahun pertama yang penulis lakukan memberanikan diri sebagai pemateri dalam buka bersama. Tujuannya untuk sharing dengan materi yang menarik untuk semua audiens mulai balita, remaja, sampai lansia. Berbagai metode dilakukan, seperti metode ceramah digabungkan dengan bernyanyi, bertepuk, games, cerita, membacakan buku, mendongeng, cerdas cermat Agama, diskusi, mini outbound, kuis dan hadiah, praktik ibadah, dan lain-lain.
TPA/Taman Pendidikan Alquran disemarakkan mulai pukul 16.00 WIB. Jadwal pengajar oleh Ikatan Remaja Masjid putri. Remaja putra belum mau bergabung. Mereka kita bekali dengan cara mengajar, menjadi MC, menjadi pemateri, dan lain-lain. Narasumber didatangkan dari LPPI UNISA Yogyakarta.
Selanjutnya dibuat jadwal MC dan pemateri kajian setiap harinya. Hal ini sebagai ajang latihan dan kaderisasi.
Tahun selanjutnya, penulis mulai merangkul remaja putra dan bapak-bapak sebagai penceramah. Bentuk hijrah massal lainnya yaitu dalam kegiatan tadarus alquran selepas shalat tarawih untuk remaja putri dan ibu-ibu.
Sampai saat ini, kaum Adam belum berinisiatif melakukan tadarus serupa. One day one juz menjadi target ibu-ibu. Harapannya selepas Ramadhan menjadi kebiasaan dan meningkat kemampuan bacaan, memahami maknanya, sehingga meningkatkan amal ibadahnya.
Bentuk hijrah massal lainnya yakni penataan ZIS, media promosi kegiatan Ramadhan baik secara online dan offline, perbaikan sarana masjid, lomba-lomba, pemilihan bintang Ramadhan, penjadwalan imam dan ceramah shalat Tarawih, dan lain-lain. Hijrah massal membawa perubahan positif untuk kemaslahan umat.