Senin 10 Apr 2023 15:19 WIB

Bulog Beberkan Alasan Cari Rekanan Selain AS Sebagai Produsen Kedelai

Buwas mengungkapkan pihaknya sudah melakukan hasil uji atas kualitas kedelai.

Rep: Muhammad Noor Alfian Choir/ Red: Fernan Rahadi
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (kedua kiri) didampingi Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi (kanan) dan Direktur Utama PT Pos Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi (kiri) menyerahkan beras kepada perwakilan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) saat Penyaluran Program Bantuan Pangan di Komplek Pergudangan Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (6/4/2023). Perum Bulog resmi melepaskan penyaluran Cadangan Beras Pemerintah (CBP) untuk bantuan pangan sebanyak 640.590 ton untuk 21,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM)  yang tercatat dalam data Kementerian Sosial.Bantuan sosial (bansos) ini untuk mengurangi beban pengeluaran keluarga  Penerima Manfaat dalam pemenuhan pangan terutama saat menghadapi Ramadhan dan persiapan Idul Fitri 2023.
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (kedua kiri) didampingi Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi (kanan) dan Direktur Utama PT Pos Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi (kiri) menyerahkan beras kepada perwakilan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) saat Penyaluran Program Bantuan Pangan di Komplek Pergudangan Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (6/4/2023). Perum Bulog resmi melepaskan penyaluran Cadangan Beras Pemerintah (CBP) untuk bantuan pangan sebanyak 640.590 ton untuk 21,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM) yang tercatat dalam data Kementerian Sosial.Bantuan sosial (bansos) ini untuk mengurangi beban pengeluaran keluarga Penerima Manfaat dalam pemenuhan pangan terutama saat menghadapi Ramadhan dan persiapan Idul Fitri 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Direktur Utama Bulog Budi Waseso (Buwas) mengemukakan terdapat lima negara selain Amerika Serikat (AS) yang siap dijadikan pemasok kedelai. Khususnya untuk memenuhi kebutuhan seperti tempe dan tahu di Indonesia.  

"Kita akan kontrak (dengan) negara itu supaya ada kompetitor pada ketersediaan kedelai supaya tidak dimonopoli," kata Buwas ketika ditemui di Sukoharjo, Senin (10/4/2023).

Kendati demikian, pihaknya enggan merinci negara mana saja yang akan dikontrak. Alasannya adalah agar terciptanya kompetisi yang sehat. 

"Kalau bicara negara biasanya nanti sudah ada yang intervensi di sana seperti untuk tidak memberikan ke kita atau harus melalui yang ditunjuk. Nah kalau seperti itu kan tidak sehat. Makanya saya diem-diem saja. nanti kalau sudah ada baru kita datangkan. Tapi yang jelas ada," terangnya. 

Bahkan, Buwas mengungkapkan pihaknya sudah melakukan hasil uji atas kualitas kedelai yang ada di kelima negara tersebut. "Produksinya sudah kita cek lab yang kualitasnya untuk tempe tahu semua bisa. Kan kita pengen membantu teman-teman perajin supaya stabil dan menjamin ketersediaan harga," katanya.

Selain itu, Buwas sapaan akrabnya mengatakan bahwa alasannya mencari rekanan lain adalah untuk menekan harga bahan kedelai yang ada di pasaran. Sekaligus untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk dari olahan kedelai tersebut.

"Kalau sekarang kedelainya (impor) dari Amerika. Tapi, saat ini kita sedang menjajaki beberapa negara dengan kedelai sama yang bagus. Tinggal nanti kebutuhan temen-teman perajin tempe tahu berapa, kita cukupi dari situ sehingga tidak ada lagi yang kesulitan bahan baku atau harga yang terus naik," katanya

Buwas juga menyebutkan bahwa jatah impor kedelai tidak lebih dari 3 juta ton per tahun untuk memenuhi kepentingan para perajin tahu dan tempe. Namun, kendalanya adalah harga yang sempat merangkak naik hingga para pengrajin kesulitan beroperasi. 

"Kemarin sempat sampai Rp 12 ribu sampai Rp 13 ribu, tapi satu bulan terakhir sudah mulai turun dan sekarang turun sampai harga Rp 10 ribu. Memang harapannya turun ya, kan memang tugas Bulog untuk stabilisasi harga," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement