Rabu 19 Apr 2023 11:21 WIB

Gerhana Matahari Hibrida

Adanya gerhana matahari hibrida dapat menjadi satu tanda memasuki bulan baru.

Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta
Foto: amikom
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta

Oleh : Prof Ema Utami*

REPUBLIKA.CO.ID, Hari ini, Rabu, tanggal 19 April 2023, ibadah puasa Ramadhan 1444 H telah memasuki hari ke-28 dan akan berakhir satu atau dua hari ke depan. Kalender Hijriah yang digunakan oleh umat muslim merupakan sistem yang berpedoman pada berapa lama waktu peredaran bulan dalam mengelilingi bumi.

Lama bulan dalam mengelilingi bumi yang membutuhkan waktu 29,5 hari digunakan untuk menentukan umur bulan dalam satu tahun. Dengan demikian setiap bulan dalam kalender Hijriah memiliki umur 29 atau 30 hari.

Kemunculan bulan baru sendiri merupakan tanda berakhirnya dan berawalnya suatu bulan dalam sistem kalender Hijriah. Bagaimana metodologi dalam melihat kemunculan atau kelahiran bulan baru tersebut dengan di dalamnya terdapat metode, kriteria, parameter, dan nilai rujukan yang bisa berbeda, sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan dalam penentuan awal suatu bulan.

Dua metode yang dikenal umum digunakan dalam penentuan kemunculan awal bulan baru adalah hisab dan rukyat. Hisab secara sederhana adalah menggunakan perhitungan astronomi, sedangkan rukyat dengan melakukan pengamatan kemunculan bulan baru atau disebut dengan hilal.

Di Indonesia dua metode itu digunakan oleh berbagai organisasi masyarakat Islam untuk penentuan awal bulan. Pemerintah Indonesia sendiri menurut catatan sejarah, sejak 1972 memiliki Badan Hisab Rukyat (BHR) yang salah satu tanggung jawabnya adalah melakukan pengkajian, penelitian, dan pengembangan metode hisab dan rukyat. 

Kajian dari BHR ini yang kemudian digunakan sebagai data dalam sidang isbat untuk penentuan awal bulan, khususnya awal bulan Ramadhan. Pada 2023 ini, proses pengamatan terhadap kemunculan bulan baru dilakukan oleh BHR yang dilanjutkan dengan sidang isbat yang akan dilakukan di hari ke-29 bulan Ramadhan atau besok Kamis, 20 April 2023.

Hal yang menarik adalah bahwa di hari ke-29 bulan Ramadhan 1444 H ini menurut perhitungan astronomi akan terjadi gerhana matahari hibrida. Gerhana matahari hibrida sendiri merupakan salah satu fenomena langka dimana terjadi dua jenis gerhana sekaligus, yakni gerhana matahari total dan gerhana matahari cincin.

Adanya gerhana matahari hibrida sendiri dapat menjadi satu tanda memasuki suatu bulan baru yang secara astronomi waktu terjadinya sudah dapat diperhitungkan, demikian pula setelahnya apakah hilal akan dapat diamati atau tidak. Beberapa organisasi masyarakat Islam yang menggunakan perhitungan astronomi sendiri telah mengumumkan bahwa Jumat 21 April 2023 sudah memasuki bulan Syawal 1444 H atau Hari Raya Idul Fitri 2023.

Demikian juga dengan catatan perhitungan astronomi yang telah ada di media, kemungkinan besar pada Kamis (20/04/2023) disebutkan bahwa penampakan hilal belum dapat teramati di wilayah Indonesia. Sehingga dengan berbasiskan rukyat kemungkinan besar Sabtu, 22 April 2023 akan ditetapkan sebagai awal bulan Syawal 1444 H atau akan terjadi perbedaan penetapan Hari Raya Idul Fitri di 2023 ini.

Masing-masing metode yang digunakan tersebut tentu memiliki landasan atau alasan tersendiri dan tentu disadari memungkinkan dapat terjadi perbedaan dalam penetapan suatu awal bulan. Penetapan mana yang sebaiknya diikuti, tentu diserahkan ke masing-masing individu.

Dalam dunia akademis, pemilihan metode, kriteria, parameter, dan nilai rujukan yang digunakan dalam suatu perhitungan tentu dapat menjadi kajian ilmiah tersendiri. Seperti halnya mahasiswa dalam penyelesaian penelitian tesis di Universitas Amikom Yogyakarta.

Tuntutan untuk memahami metodologi, kekuatan penalaran atau cara penyusunan argumentasi dalam mengidentifikasi masalah dan menyusun alur penelitian tesisnya, memahami proses kerja setiap algoritma yang digunakan, serta mengidentifikasi berbagai variabel yang diukur dan nilai-nilai rujukan yang ada tentu menjadi hal yang mutlak harus dimengerti oleh setiap mahasiswa.

Penguasaan materi baik dalam presentasi penyampaian isi tesis maupun kemampuan menjawab pertanyaan terkait dengan pengujian, kemampuan menghubungkan teori-teori yang relevan secara komprehensif, serta kekuatan penalaran atau cara penyusunan argumentasi dalam pengambilan keputusan atau kesimpulan tentu menjadi kriteria penilaian saat pendadaran tesis dan menjadi parameter dalam kelulusan.

Pemahaman terkait metodologi penelitian tersebut menjadi tugas dan tanggung jawab bersama, khususnya antara mahasiswa dan tim dosen pembimbing serta secara umum civitas akademika. Ayat 36 dari Surat Al-Isra berikut dapat menjadi pengingat bersama, “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” Wallahu a’lam.

* Wakil Direktur Pascasarjana Universitas Amikom Yogyakarta

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement