Rabu 03 May 2023 14:16 WIB
Lentera

Cita-Cita Luhur

Terdapat kendala yang dihadapi di lapangan dalam pelaksanaan gerakan Merdeka Belajar.

Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta
Foto: amikom
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta

Oleh : Prof Ema Utami*

REPUBLIKA.CO.ID, Hari Selasa 2 Mei 2023  bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) dan bersamaan dengan hari pertama masuk kantor bagi beberapa instansi, termasuk Universitas Amikom Yogyakarta setelah libur bersama menyambut Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriyah. Ramah-tamah serta saling maaf-memaafkan seluruh dosen dan karyawan di lingkungan Universitas Amikom Yogyakarta menjadi acara yang mengawali kembali pada rutinitas kampus. 

Silaturahmi dan saling bermaafan atas kesalahan dan kekhilafan merupakan tradisi di Indonesia yang tidak bisa dilepaskan dari perayaan Idul Fitri. Walau perkembangan teknologi telah memberikan banyak kemudahan dan pilihan untuk mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri serta menyampaikan permohonan maaf, namun silaturahmi dengan saling bertemu secara langsung untuk saling memaafkan masih banyak dilakukan.

Acara yang sering disebut sebagai Syawalan atau Halal Bi Halal pada perayaan Idul Fitri tahun ini masih cukup banyak dilakukan, baik di lingkungan keluarga, kampung, kantor, bahkan dikemas sebagai acara reuni dengan teman-teman sewaktu sekolah atau kuliah. Kerinduan berkumpul dalam perayaan Idul Fitri pasca pandemi Covid-19 menjadi salah satu alasan yang disampaikan saat acara Syawalan. Tidak dimungkiri bahwa dalam tiga tahun terakhir telah banyak terjadi perubahan dan penyesuaian, khususnya yang dipicu oleh adanya pandemi Covid-19, demikian pula dalam bidang pendidikan.

Peringatan Hardiknas tahun 2023 kali ini mengusung tema 'Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar'. Tidak dimungkiri bahwa adanya pandemi Covid-19 telah mendorong terjadinya banyak perubahan, penyesuaian, dan transformasi di bidang pendidikan. Berbagai kemajuan teknologi, khususnya untuk mitigasi karena adanya pandemi Covid-19 juga secara tidak langsung mendorong transformasi di bidang pendidikan. Merdeka Belajar merupakan salah satu program yang terus didengungkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memang diharapkan dapat melahirkan banyak inovasi dari adanya kolaborasi.

Namun demikian, tidak dimungkiri bahwa terdapat kendala yang dihadapi di lapangan dalam pelaksanaan gerakan Merdeka Belajar ini. Sebagai contoh  di tingkat pendidikan tinggi, program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) juga mengalami berbagai permasalahan dalam pelaksanaannya. Kendala birokrasi sampai dengan faktor pemahaman Merdeka Belajar dari civitas akademika masih bisa dijumpai dalam pelaksanaan MBKM pada saat ini. 

Merdeka Belajar yang sangat menuntut kemampuan diri dari mahasiswa, khususnya dalam pemilihan mata kuliah perlu menjadi perhatian tersendiri dan dipastikan memerlukan bimbingan. Dengan demikian apa yang diharapkan dari MBKM, yakni mendapatkan pengalaman dan pengetahuan di luar kampus dapat menjadi tepat sasaran.

Merdeka Belajar yang sampai saat ini konsisten didorong pelaksanaannya oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentu sangat diharapkan dapat mendekatkan pada cita-cita luhur Ki Hajar Dewantara. Seperti yang disebut oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim dalam pidato Peringatan Hardiknas 2023, yakni pendidikan yang menuntun bakat, minat, dan potensi peserta didik agar mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai seorang manusia dan anggota masyarakat.

Program Merdeka Belajar ini semoga menjadi tonggak sejarah dalam pendidikan nasional Indonesia dan pelaksanaannya dapat semakin baik. Perencanaan pendidikan di Indonesia dipastikan akan semakin banyak tantangan yang dihadapi dan akan dibutuhkan sinergi dari berbagai pihak. Besar harapan dalam peringatan Hardiknas tahun 2023 ini, draf Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2020-2035 ataupun Cetak Biru Pendidikan Nasional yang pernah ramai dibahas 2-3 tahun yang lalu juga dapat kembali menarik perhatian.  

Ayat 12 dari Surat Yasin berikut dapat menjadi pengingat untuk selalu sepenuh tenaga dalam setiap berusaha, "Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh)." Wallahu a’lam. 

 

*Wakil Direktur Program Pascasarjana Universitas Amikom Yogyakarta

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement