
Oleh : Prof Ema Utami (Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Amikom Yogyakarta)
REPUBLIKA.CO.ID, Belum usai konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina, bentrokan antarnegara kembali pecah di Asia Selatan pada pekan lalu. Pakistan dan India saling unjuk kekuatan dengan mengerahkan mesin perang modern milik masing-masing.
Sejumlah laporan menyebutkan bahwa sebuah pesawat tempur canggih India buatan Prancis berhasil ditembak jatuh oleh jet tempur Pakistan yang didatangkan dari Cina. Konflik ini juga melibatkan penggunaan pesawat nir awak atau drone buatan berbagai negara, termasuk Inggris, Israel, dan Turki.
Aksi saling serang dengan peluru kendali pun terjadi di antara kedua negara, dengan suara ledakan terdengar di berbagai wilayah, baik di India maupun Pakistan. Korban jiwa, baik dari kalangan sipil maupun militer, dipastikan tak terhindarkan dalam eskalasi kekerasan ini.
Sementara itu, pada hari Senin (12/05/2025) lalu, telah terjadi ledakan amunisi di Garut, Jawa Barat, saat proses pemusnahan amunisi kedaluwarsa. Peristiwa tersebut menyebabkan 13 orang meninggal dunia, terdiri atas empat personel TNI dan sembila warga sipil. Insiden ini memicu perhatian luas dari berbagai kalangan, terutama terkait keterlibatan warga sipil dalam kegiatan yang semestinya berada di bawah pengawasan ketat aparat militer.
Seiring dengan itu, muncul seruan untuk mengevaluasi prosedur standar pemusnahan amunisi yang telah melampaui masa pakainya. Penanganan terhadap bahan berbahaya seperti amunisi yang sudah melewati batas umur pemakaian harus dilakukan oleh tenaga ahli dengan prosedur keselamatan yang ketat dan sesuai standar operasional.
Terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi insiden jatuhnya pesawat tempur Rafale dan berbagai drone dalam konflik antara India dan Pakistan, serta ledakan amunisi di Garut. Faktor sumber daya manusia dan kelengkapan peralatan pendukung menjadi komponen krusial yang menentukan efektivitas dan keamanan dalam setiap operasi militer. Rafale, pesawat tempur berteknologi tinggi yang telah dipesan Pemerintah Indonesia sebanyak 42 unit, tentu menarik perhatian karena kapabilitasnya.
Namun, jatuhnya tiga unit Rafale dalam konflik terbaru menjadi pengingat bahwa kecanggihan teknologi saja tidak cukup. Kompetensi personel, kesiapan logistik, serta keberadaan sistem pendukung yang memadai merupakan prasyarat mutlak untuk memastikan optimalisasi dan keselamatan dalam penggunaan alutsista modern.
Hal yang serupa juga terjadi di bidang pendidikan seperti perguruan tinggi. Slogan baru Kampus Berdampak yang dicetuskan oleh kementerian riset teknologi dan pendidikan tinggi tentu memerlukan sumber daya dan pendukung untuk dapat mencapainya. Dosen, tak pelak menjadi aktor utama yang harus menjadi perhatian.
Seperti yang selalu disampaikan oleh Kepala Lembaga Layanan Perguruan Tinggi Yogyakarta bahwa kampus harus selalu terus menerus memperhatikan dosen yang dimilikinya. Kampus harus memiliki rencana terstruktur dalam upaya peningkatan jenjang pendidikan dan jabatan akademik dari setiap dosen. Target terukur dimilikinya dosen bergelar doktor dan memiliki jabatan akademik Profesor menjadi mutlak diperlukan.
Hal serupa juga terjadi di dunia pendidikan tinggi. Slogan baru 'Kampus Berdampak' yang digagas oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) tentu memerlukan dukungan sumber daya yang memadai agar dapat diwujudkan. Dosen, sebagai aktor utama dalam Perguruan Tinggi, tak pelak menjadi fokus utama perhatian. Seperti yang kerap disampaikan oleh Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah Yogyakarta bahwa Perguruan Tinggi harus senantiasa memperhatikan pengembangan kualitas dosen yang dimilikinya.
Setiap Perguruan Tinggi perlu memiliki rencana yang terstruktur dalam upaya peningkatan jenjang pendidikan serta jabatan akademik dosen. Target yang terukur, yakni peningkatan jumlah dosen bergelar Doktor dan berjabatan akademik Profesor menjadi keharusan yang tidak dapat diabaikan.
Universitas Amikom Yogyakarta secara konsisten mendorong peningkatan kinerja dosen melalui program percepatan kenaikan jabatan akademik, mulai dari Asisten Ahli hingga Profesor. Dalam rangka mendukung program ini, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) telah menerima surat tugas dari Direktur SDM untuk berperan aktif dalam percepatan tersebut.
Sejumlah kegiatan dirancang sebagai bagian dari strategi pengembangan dosen, antara lain pelatihan penulisan artikel ilmiah dan pengelolaan jurnal akademik. Upaya ini diharapkan dapat mempercepat kenaikan jabatan akademik dosen dan menjaga mutu kompetensi dosen secara berkelanjutan.
Tampak jelas bahwa kompetensi sumber daya manusia di berbagai bidang, baik itu militer, pendidikan, maupun sektor lainnya, merupakan elemen krusial dalam menunjang pelaksanaan tugas yang diemban. Konsistensi dalam beradaptasi dengan pesatnya perkembangan teknologi, disertai dengan semangat kolaborasi dan sinergi, menjadi hal yang mutlak dilakukan.
Kemauan untuk terus belajar dengan penuh kesabaran adalah kunci utama dalam proses ini. Nilai ini sejalan dengan pesan dalam Surat Al-Kahf ayat 66–67, “Musa berkata kepadanya, "Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?" Dia menjawab, "Sungguh, engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku.” Wallahu a’lam.