REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengapresiasi jejaring Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang memiliki potensi besar untuk mencetuskan buah pikiran produktif dalam menyelesaikan pekerjaan rumah bangsa. Khofifah mengatakan, setidaknya ada beberapa pekerjaan rumah yang harus bersama-sama diikhtiarkan.
"Pertama tentang Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index) di mana Indonesia berada di peringkat ke 44. Sedangkan Singapura berada di peringkat 3 dan Malaysia peringkat ke 32, serta Thailand peringkat 33," kata Khofifah, Rabu (3/5/2023).
Khofifah menjelaskan, Indeks Daya Saing Global tersebut mengukur efisiensi suatu negara dalam memanfaatkan faktor-faktor produksinya untuk memaksimalkan produktivitas faktor total dan mencapai pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Berdasarkan Indeks Daya Saing Global 2022, Indonesia masih berada di bawah Singapura, Malaysia, bahkan Thailand.
"Global Innovation Index 2022, Indonesia berada di peringkat ke 75. Sedangkan Singapura berada di peringkat 7 dan Malaysia di peringkat 35," ujarnya.
Begitu pula dalam Global Talent Competitiveness Index 2022 rangking, di mana Indonesia berada di peringkat ke 82. Berada di bawah Filipina (80), Thailand (75), Vietnam (74), Malaysia (45), Brunei Darussalam (41), dan Singapura (2). Menurutnya, catatan tersebut menjadi pekerjaan rumah bersama sebagai bangsa.
Perguruan tinggi Muhammadiyah, lanjut Khofifah, memiliki potensi besar untuk mencetuskan pikiran produktif yang bisa menjadi rekomedasi strategis dalam meningkatkan daya saing Indonesia. Sebanyak 171 perguruan tinggi di bawah naungan Muhamamdiyah menurutnya memiliki kekuatan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tersebut.
"Terlebih Muhammadiyah telah memiliki perguruan tinggi di Malaysia dan akan membuka perguruan tinggi di Australia. Saya rasa ini merupakan potensi koneksitas yang besar dan sangat bermanfaat bagi peningkatan kualitas SDM bangsa Indonesia," ujarnya.
Ketua Umum PP Muslimat NU itu juga kembali menekankan pentingnya lulusan perguruan tinggi untuk menjadi game changer. Menurutnya, dalam menghadapi ketidakpastian global, perlu menanamkan semangat untuk menjadi sosok pembawa perubahan atau game changer dalam diri.