Senin 05 Jun 2023 15:53 WIB

Kemarau Panjang, Sebagian Besar Wilayah Purbalingga Diprediksi Alami Kekeringan

Puncak musim kemarau di semua wilayah diprakirakan pada Agustus mendatang.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Musim kemarau. Ilustrasi
Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Musim kemarau. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- BPBD Kabupaten Purbalingga berupaya melakukan antisipasi menghadapi puncak musim kemarau. Diperkirakan hampir seluruh wilayah di kabupaten setempat akan mengalami kemarau panjang.

Kepala Pelaksana BPBD Purbalingga Priyo Satmoko, menyatakan berdasarkan data Stasiun Klimatologi Jawa Tengah dan Stasiun Geofisika Banjarnegara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), awal musim kemarau wilayah selatan Purbalingga meliputi Kecamatan Kemangkon, Kecamatan Bukateja.

Kemudian, Kecamatan Kejobong, Kaligondang, Purbalingga, Kalimanah, Bojongsari, Padamara, Pengadegan, sebagian wilayah Kecamatan Kutasari dan Kecamatan Mrebet diprakirakan pada Juni dasarian I.

Sedangkan wilayah utara dan barat laut meliputi Kecamatan Karangreja, Karangmoncol, Rembang, Karanganyar, Bobotsari, sebagian besar wilayah Kecamatan Mrebet dan Kecamatan Kutasari pada Juni dasarian II.

"Sifat hujan periode musim kemarau 2023 diprakirakan Bawah Normal (BN) meliputi hampir seluruh wilayah, kecuali sebagian kecil wilayah barat daya meliputi Kecamatan Karangreja, Kutasari Adan, dan  Mrebet diprakirakan Normal. Puncak musim kemarau di semua wilayah diprakirakan pada Agustus 2023," ujar Priyo kepada Republika, Senin (5/6/23).

Ia menjelaskan, panjang musim kemarau wilayah utara dan barat daya 11 dasarian, wilayah selatan 12 dasarian, yang berpotensi terjadi bencana kekeringan/kekurangan air bersih.

Untuk itu, BPBD dan dinas terkait melakukan beberapa antisipasi seperti imbauan kepada masyarakat agar hemat dan cermat dalam penggunaan air, pengaturan/penyesuaian tata dan pola tanam, penggunaan bibit tanaman umur pendek, tahan kekurangan air dan tahan serangan hama, penyuluhan penggunaan air irigasi secara hemat dan efisien, dan pengairan alternatif menggunakan sumur pantek.

Terkait ketersediaan pangan, antisipasi yang dilakukan yakni penyuluhan diversifikasi penggunaan bahan pangan pokok selain beras (jagung, umbi, ketela, dll), pengaturan stok gabah/beras di gudang, monitoring secara efektif ketersediaan dan kelancaran distribusi bahan pangan pokok (beras).

Juga penyuluhan kepada masyarakat dan pedagang untuk menjaga kebersihan dalam penyimpanan bahan makanan maupun makanan siap santap (jajan), imbauan kepada anak didik siswa (terutama SD dan SLTP) untuk membeli jajan yang berbungkus.

Selain itu juga himbauan kepada masyarakat untuk tidak melakukan buang air besar

(BAB) sembarangan dan penggalakan jambanisasi, penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian menggunakan sumber api, listrik, serta kesiapan tanda peringatan (kenthongan, sirine, pengeras suara/Toa).

Demikian pula penyuluhan pemilihan jenis ikan dan ternak yang masa pemeliharaan lebih pendek (cepat panen) serta relatif hemat penggunaan air, pengaturan distribusi air pada transmisi/ jaringan pipa PDAM, mengambil sumber air alternatif yang memungkinkan dapat dimanfaatkan, dan penyediaan peralatan penampungan air bersih/tomn, yang pada saatnya dimanfaatkan untuk pendistribusian bantuan air bersih.

"Kami sudah persiapkan peralatan sarpras, mobil tangki air, dan kordinasi dengan stakeholder, PMI, BAZNAS untuk melakukan penanganan serta pada saatnya droping air bersih untuk masyarakat yang sudah membutuhkan," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement