Selasa 06 Jun 2023 14:37 WIB

KJI 2023 Diharap Cetak Talenta Muda Perancang Infrastruktur Jembatan

Infrastruktur jembatan termasuk yang paling banyak dibangun saat ini.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Panitia KJI 2023 Rifki Febriansah.
Foto: Idealisa Masyrafina
Panitia KJI 2023 Rifki Febriansah.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) akan menjadi tuan rumah Kompetisi Jembatan Indonesia (KJI) 2023 pada 26-31 Oktober 2023. Melalui kompetisi ini diharapkan akan muncul talenta-talenta muda dari mahasiswa yang dapat merancang infrastruktur jembatan di Indonesia.

Kompetisi rutin tahunan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI ini menunjuk kepanitiaan gabungan antara UMY dengan Balai Pengembangan Talenta Indonesia (BPTI). Ketua Panitia KJI 2023 Rifki Febriansah berharap dari kompetisi ini akan lahir insinyur dan perancang jembatan yang handal.

"Karena SDM Indonesia tidak kalah dari negara lain. Harapannya dari desain dan prototipe jembatan di kompetisi ini bisa menjadi contoh dan pertimbangan untuk pemerintah ataupun pihak luar agar bisa diterapkan di masyarakat dan Indonesia," ujar Rifki Febriansah dalam konferensi pers di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Selasa (6/6/23).

Subkoordinasi Vokasi dan Kewirausahaan BPTI, Sukirno mengatakan, kontes ini sangat vital untuk pembangunan Indonesia. Karena saat ini banyak sekali pembangunan infrastruktur di daerah, dan jembatan adalah yang mungkin paling banyak dibangun saat ini.

"Harapannya dari kontes ini dapat muncul calon teknokrat di bidang jembatan yang akan membangun Indonesia," ujar Sukirno.

Ketua Dewan Juri KJI 2023 Dr Fauzri Fahimuddin menjelaskan investasi jembatan di Indonesia bisa menghabiskan triliunan rupiah, tetapi Indonesia selama ini tidak pernah secara serius mengembangkan talenta di bidang ini. Padahal adanya jembatan ini sangat berkaitan dengan aspek sosial ekonomi masyarakat.

"Kita ingin talenta Indonesia mampu menyediakan jembatan yang kuat, dibuat dengan mudah, dan durabilitasnya bisa bertahan 100 tahun. Aspek ekonominya baik biayanya dan sosial ekonominya setelah dibangun juga dipikirkan," katanya.

Ia menjelaskan jumlah jembatan di Indonesia mencapai 100 ribu, dari sejumlah itu tidak bisa mengatakan kondisinya karena perawatan dan inspeksi jembatan masih sangat minim. Padahal aspek kelelahan (fatigue) dari jembatan perlu rutin diinspeksi.

Hal ini yang menyebabkan banyaknya jembatan yang ambruk setiap tahun. "Nah masalah fatigue ini belum terlalu diperhatikan. Itulah yang kita harapkan mahasiswa dan para dosen mempersiapkan hal ini dalam kompetisi ini, juga aspek perawatannya," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement