Selasa 13 Jun 2023 07:11 WIB

Terdampak Kemarau, Warga Jabungan Semarang Dipasok 15 Ribu Liter Air Bersih

Rencananya, satu pekan akan ada dropping air sebanyak tiga mobil tangki.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
 Penyaluran bantuan air bersih oleh BPBD Kota Semarang ke lingkungan RT 02/RW 03 Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Foto: Bowo Pribadi
Penyaluran bantuan air bersih oleh BPBD Kota Semarang ke lingkungan RT 02/RW 03 Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Puluhan kepala keluarga (KK) di lingkungan RT 02 dan RT 03/RW 03 Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah, bisa bernafas lega.

Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang turun tangan atas persoalan yang mereka hadapi dalam mengakses air bersih kebutuhan sehari- hari akibat dampak musim kemarau kali ini.

Pemkot melalui Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Kota Semarang melakukan penyaluran air bersih di lingkungan mereka sebanyak 1.500 liter setiap pekan.

“Rencananya, satu pekan akan ada dropping air sebanyak tiga mobil tangki, masing-masing berkapasitas 5.000 liter,” ungkap Lurah Jabungan, Sarwono, yang dikonfirmasi di lingkungan RT 03/RW 03 Desa Jabungan.

Ia mengatakan, setiap musim kemarau tiba, warga yang ada di dua wilayah RT di lingkungan RW 03 selalu mengalami kesulitan mengakses air bersih.

Sebab walaupun sudah ada fasilitas instalasi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas), kualitas airnya tidak layak untuk dikonsumsi.

Warga hanya memanfaatkannya untuk mencuci pakaian, mencuci piring atau untuk mandi, dan tidak untuk keperluan memasak dan air minum.

Sehingga akses air bersih untuk memasak dan air minum warga di lingkungan ini hanya megandalkan suplai air bersih yang dialirkan dari sumber di kawasan Gunung Tugel.

Namun pada saat musim kemarau seperti ini, sumber air di Gunung Tugel juga debit airnya berkurang cukup banyak. “Sehingga air yang mengalir ke lingkungan warga juga semakin kecil,” katanya.

Karena warga yang membutuhkan banyak, sementara air yang mengalir dari sumber debitnya juga semakin kecil, akhirnya warga harus antri satu per satu untuk bisa mendapatkan air bersih.

Atas persoalan ini, lanjut Sarwono, pemangku lingkungan di RT 02 dan RT 03 sudah melaporkan kepada pemerintah kelurahan untuk mengajukan bantuan dukungan air bersih kepada BPBD Kota Semarang.

“Sehingga dalam sepekan ini sudah ada dua kali pengiriman bantuan air bersih, yakni pekan kemarin sebanyak tiga tangki (15 ribu liter) dan hari ini,” ungkapnya.

Ihwal persoalan akses air bersih ini juga diamini Jinah (52), salah seorang warga RT 02/RW 03 Kelurahan Jabungan. Menurutnya, air yang keluar dari instalasi pamsimas selama ini memang tidak dimanfaatkan warga untuk memasak dan untuk air minum.

Karena airnya agak keruh seperti ada partikel kapurnya dan sisa air yang menetes pada pipa atau pada bak (tandon) akan berwarna kuning seperti berkarat.

Makanya warga hanya mengandalkan sumber air dari mata air Gunung Tugel yang dialirkan ke lingkungan warga untuk memasak dan persediaan kebutuhan air minum.

Namun sudah hampir dua pekan ini aliran airnya semakin mengecil, untuk mengisi jeriken isi 30 liter hingga penuh saja butuh waktu hampir setengah 20 menit.

“Sementara setiap hari ada puluhan jeriken, ember dan galon warga yang membutuhkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari,” jelas dia.

Diharapkan, dukungan air bersih ini dari BPBD bisa disalurkan setiap pecan guna memenuhi kebutuhan warga. “Karena musim kemarau ini kan baru beberapa pekan dan paling tidak akan berlangsung hingga Oktober nanti,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement