Rabu 14 Jun 2023 15:14 WIB

Gencarkan Sosialisasi Tekan Stunting, Pemkab Semarang Gandeng Seniman Lokal

Sosialisasi cegah stunting dilakukan menggunakan media kesenian tradisional.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
LESURE:ilustrasi stunting
Foto: Antara/Syifa Yulinnas
LESURE:ilustrasi stunting

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Pencegahan stunting akan lebih efektif jika dilakukan bersama-sama oleh segenap elemen masyarakat. Hal itulah yang mendorong Pemkab Semarang dengan memanfaatkan kesenian tradisional sebagai media sosialisasi untuk menggerakkan partisipasi masyarakat dalam mendukung program pemerintah, khususnya penanganan stunting.

Beberapa waktu lalu, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Semarang pernah menggunakan kesenian tradisional untuk menggerakkan partisipasi pengawasan tahapan pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) berbasis masyarakat.

Kiat yang sama juga dilakukan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Demarang dalam menggerakkan potensi masyarakat dalam mendukung upaya untuk menekan angka tengkes (stunting) di wilayah setempat.

Dengan menggandeng Forum Komunikasi Media Tradisional (FK Metra), Diskominfo Kabupaten Semarang melakukan sosialisasi pencegahan dan penanganan stunting dengan media kesenian Gaprakcong di lingkungan Junggul, Kelurahan/Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Selasa (13/6) malam.

Gaprakcong merupakan perpaduan kesenian tradisional gamelan, ketoprak, serta kesenian keroncong, yang merupakan ragam kesenian tradisional yang masih digemari oleh sebagian masyarakat di daerah ini.

Kepala Diskominfo Kabupaten Semarang P Triyono yang hadir mewakili Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha, mengungkapkan Pemkab Semarang terus berkomitmen untuk menangani kasus stunting dengan cepat dan tepat.

Selai aksi langsung yang menyentuh kepada masyarakat, upaya ini juga didukung dengan sosialisasi yang masif dalam rangka menggerakkan partisipasi masyarakat dalam mendukung dan menyukseskan penanganan stunting ini.

“Salah satu sosialisasi pencegahannya kami lakukan melalui media kesenian tradisional Gaprakcong di Kecamatan Bandungan,” katanya.

Triyono juga mengungkapkan, saat ini masyarakat Kabupaten Semarang telah memang telah terpapar modernisasi teknologi informasi, yang memungkinkan informasi dapat tersaji dan tersampaikan secara cepat.

Namun, juga perlu diingat, masih ada sebagian masyarakat yang memang belum memanfaatkan teknologi informasi tersebut. Atas pertimbangan inilah optimalisasi sosialisasi pencegahan stunting dilakukan pemkab menggunakan media kesenian tradisional, dalam hal ini Gaprakcong.

“Karena memang kesenian gamelan, ketoprak maupun keroncong masih populer di kalangan warga,” katanya.

Ia juga mengapresiasi partisipasi FK Metra mendukung diseminasi informasi melalui media kesenian tradisional. “Sehingga Diskominfo akan terus berupaya mendampingi FK Metra melakukan sosialisasi pembangunan seperti ini,” katanya.     

Ketua panitia penyelenggara, Bramantyo menambahkan, seni tradisional gabungan dari gamelan, ketoprak, dan musik keroncong itu dimainkan oleh Kelompok Kesenian ‘Sekar Kedatul’  dari lingkungan Junggul, Kelurahan Bandungan.

Pertunjukan ini adalah diseminasi informasi dalam rangka mengoptimalkan sosialisasi pencegahan dan penanganan stunting yang dikemas dalam bentuk pertunjukan rakyat.

Ia menyebut respons masyarakat terhadap pertunjukan kesenian tradisional tersebut masih tinggi. “Sehingga penyebaran informasi pembangunan memanfaatkan media tradisional dinilainya masih efektif,” ujarnya.

Sementara, dalam pertunjukan ini ditampilkan sebuah pertunjukan ketoprak yang ceritanya dikemas dengan musikalitas. Alur ceritanya juga ringan dengan dialog-dialog khas rakyat yang mudah diterima oleh para audiensnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement