REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Universitas AKPRIND Indonesia (UAI) secara resmi meluncurkan Program Transformasi Teknologi dan Inovasi (PTTI) 2025 di Desa Campakoah, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga. Program ambisius ini bertujuan untuk merevitalisasi dan meningkatkan daya saing industri Gula Kristal Organik (GKO) lokal melalui penerapan teknologi produksi bersih dan konsep Green Economy. Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi strategis antara AKPRIND, KUB Soedirman Organik, dan Gapoktan Sekar Wungu setempat, didukung penuh oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pilar Inovasi: Produksi Bersih dan Efisiensi Energi
PTTI 2025 ini mengusung tema besar "Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penerapan Teknologi Produksi Bersih dan Green Economy pada Industri Gula Kristal Organik." Tim pelaksana dari AKPRIND, yang terdiri dari akademisi dan peneliti ahli, fokus pada solusi teknologi tepat guna (TTG) untuk mengatasi permasalahan klasik dalam produksi GKO, seperti efisiensi energi yang rendah dan dampak lingkungan yang kurang terkontrol.
Ketua Tim PTTI 2025, Dr Andang Novianta, menyatakan, masyarakat Campakoah memiliki potensi besar dengan produk GKO organik yang berkualitas tinggi.
"Tantangannya adalah bagaimana meningkatkan kapasitas produksi, memastikan konsistensi mutu, dan yang terpenting, menjadikannya proses yang ramah lingkungan," katanya.
Dalam inisiatif ini, tim AKPRIND memberikan serangkaian Teknologi Tepat Guna (TTG) yang telah disesuaikan dengan kebutuhan mitra. TTG yang diimplementasikan meliputi:
Tungku Berbahan Bakar Efisien: Dirancang untuk mengurangi konsumsi kayu bakar dan meningkatkan efisiensi pembakaran, yang secara langsung berdampak pada penurunan emisi karbon.
Wajan Besi Cor: Digunakan untuk proses kristalisasi, memberikan distribusi panas yang lebih merata dan stabil, sehingga menghasilkan kristal gula yang lebih seragam dan meminimalisir kegosongan.
Spray Scrubber: Sebuah inovasi penting untuk mengurangi polusi udara dari asap hasil pembakaran tungku. Alat ini menyaring partikel berbahaya, sejalan dengan prinsip produksi bersih.
Mesin Ayakan dan Penyaring Nira: Digunakan untuk meningkatkan kebersihan dan kualitas produk akhir. Proses penyaringan yang lebih baik menjamin nira bersih, sementara mesin ayakan menghasilkan ukuran butiran GKO yang konsisten, memenuhi standar pasar premium.
Pongkor (Wadah Nira Higienis): Penggantian wadah tradisional dengan material yang lebih higienis untuk mencegah kontaminasi pada tahap awal produksi.
Mesin Pengemasan Otomatis/Semi-Otomatis: Untuk meningkatkan kecepatan dan kualitas pengemasan, memberikan nilai tambah estetika dan umur simpan produk.
Kontribusi Ahli dan Akademisi AKPRIND
Keberhasilan program ini didukung oleh kontribusi lintas disiplin ilmu dari tim AKPRIND:
Prof Anas Agung Putu S. fokus pada pengembangan model Green Economy yang berkelanjutan bagi komunitas petani.
Dr Suparni Setyowati Rahayu memberikan kontribusi dalam aspek kualitas dan standardisasi produk GKO organik agar mampu menembus pasar ekspor.
Dr Andang Novianta dan Ganjar Andaka, PhD memimpin pengembangan dan instalasi teknologi tepat guna yang berfokus pada efisiensi termal dan pengurangan limbah.
"Implementasi Green Economy bukan hanya tentang mengurangi dampak buruk, tetapi juga menciptakan nilai ekonomi baru dari efisiensi sumber daya dan pengelolaan limbah," ujar Prof Anas Agung Putu S. menekankan bahwa GKO Campakoah kini diposisikan sebagai produk premium yang bertanggung jawab secara lingkungan.
Harapan Mitra dan Dampak Jangka Panjang
Sudirman, perwakilan dari KUB Soedirman Organik, menyambut baik inisiatif ini. "Sebelumnya, proses pengolahan gula kami masih sangat tradisional, memakan banyak waktu dan kayu bakar. Dengan adanya Tungku Efisien dan Spray Scrubber dari AKPRIND, kami berharap dapat mengurangi biaya operasional dan menjaga lingkungan sekitar tetap bersih," tuturnya.
Sementara itu, perwakilan dari Gapoktan Sekar Wungu menyampaikan bahwa peningkatan kualitas produk melalui Mesin Ayakan dan Wajan Besi Cor akan membuka peluang pasar yang lebih luas. "Mutu yang seragam adalah kunci untuk mendapatkan harga jual yang lebih tinggi, dan PTTI 2025 telah memberikan kami alat untuk mencapai itu," kata perwakilan Gapoktan.
PTTI 2025 dari AKPRIND ini tidak hanya bersifat transfer teknologi, melainkan juga program pemberdayaan komprehensif yang mencakup pelatihan operasional alat, manajemen usaha, dan pemasaran produk berlabel ramah lingkungan. Program ini diharapkan menjadi model percontohan bagi industri gula organik di wilayah lain, menunjukkan sinergi antara akademisi, masyarakat, dan pemerintah dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Universitas AKPRIND Indonesia mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kemendikti Sainstek atas dukungan pendanaan dan kepercayaan yang diberikan dalam melaksanakan Program Transformasi Teknologi dan Inovasi (PTTI) 2025. Dukungan ini membuktikan komitmen pemerintah dalam mendorong inovasi perguruan tinggi untuk kemaslahatan masyarakat dan pembangunan ekonomi nasional berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.