REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Merinding, reaksi pertama yang dirasakan ketika akan memasuki area Warkop Ketan (Keluarga Setan) yang terletak di Jalan Gadung, Wonokromo, Surabaya. Bagaimana tidak, belum masuk saja, sudah ada kuntilanak berbaju merah yang seolah-olah disiapkan untuk menyambut para pelanggan yang datang.
Tapi tenang, itu hanya sebuah boneka yang dibentuk sedemikian rupa, hingga meyerupai kuntilanak merah. Setelah melewati pintu masuk, pandangan langsung tertuju pada sosok tinggi putih menyerupai pocong yang diletakkan di sekitar rumpun bambu.
Masih di area Warkop Ketan, juga terdapat boneka mirip hantu berkain putih yang duduk di atas kursi goyang, siap menemani para pelanggan menikmati segelas kopi dan seporsi ketan yang dipesan.
Tidak itu saja, replika kuburan lengkap dengan batu nisannya, keranda, hingga sumur tua, turut menambah kesan seram dan cukup berhasil membuat bulu kuduk berdiri. Belum lagi, lampu yang digunakan untuk penerangan di sana adalah lampu berwarna kuning yang tidak terlalu terang, untuk memunculkan sensasi remang-remang.
Warkop Ketan memang didesain menyerupai area kuburan untuk menarik minat pelanggan. Budaya cangkrukan (nongkrong) sambil menikmati kopi di Surabaya memang terbilang tinggi. Maka dari itu, ketika berkeliling di Kota Pahlawan, akan banyak menemui warkop, yang bahkan lokasinya bisa berdekatan.
Pemilik Warkop Ketan ingin menghadirkan suasana baru yang tidak dimiliki Warkop pada umumnya. "Karena Mas Dio (Pemilik Warkop Ketan) ini senang dengan hal horor maka tercetuslah konsep membuat ini yang sudah berjalan 1,5 tahun," kata Minor Al Asr, kepala produksi Warkop Ketan, ditemui beberapa waktu lalu.
Tampaknya konsep yang diusung pemilik Warkop Ketan tersebut cukup berhasil. Hampir setiap malam, warkop tersebut dipenuhi pengunjung. Tidak saja untuk menikmati kopi, ketan, atau menu lainnya yang tersedia, pengunjung datang ke sana karena penasaran atau sekadar ingin berswafoto.
Bahkan, kata Minor, saat pertama kali warkop dibuka, pihaknya sampai kewalahan melayani pelanggan yang datang. Pelanggan yang datang tidak hanya dari Surabaya, tapi daerah sekitar seperti Kabupaten Sidoarjo dan Gresik.
Saking banyaknya pengunjung, Warkop Ketan sampai harus menerapkan sistem waiting list atau daftar tunggu. "Karena senang mistis tapi iseng aja memberi sentuhan unsur horor. Kami tidak menyangka sampai sebanyak itu bahkan waiting list dan sempat menambah karyawan," ujar Minor.
Untuk mendukung suasana seram, menu-menu yang ditawarkan pun diberikan nama berbau horor. Misalnya, Ketan Lawang Sewu disematkan untui menu ketan rasa cokelat keju. Kemudian Ketan Goa Jepang untuk ketan original, Ketan Pantai Selatan untuk ketan green tea, Ketan Goa Belanda untuk ketan cokelat, Kuku Pocong untuk jamur krispi, serta Lidah Kuntilanak untuk menu tahu krispi.
Adapun untuk menu minuman, seperti warkop pada umumnya, Warkop Ketan menjual kopi instan, kopi racik, dan berbagai minuman dingin. "Kenapa kok ketan (menu utama) itu karena jarang ada yang jual ketan di Surabaya. Dan ketan ini resep tradisional juga yang itu menunjang konsep kami," kata Dio selaku pemilik Warkop Ketan.
Untuk harga jual, Dio enggan membanderolnya dengan harga tinggi. Bahkan harga dari menu-menu yang tersedia relatif sama dengan warkop pada umumnya di Surabaya. Menu yang ditawarkan diharhai mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 20 ribu.