Ahad 25 Jun 2023 17:18 WIB

Rawan Heatstroke Saat Puncak Haji, Ketahui Gejala dan Cara Penanganannya

Terdapat dua titik di Armuzna yang rawan terjadinya kasus heatstroke.

Rep: Agung Sasongko/ Red: Yusuf Assidiq
Seorang jamaah haji Indonesia sedang meminum air dari botol di TMakkah. Dengan suhu udara yang panas di Makkah, mengharuskan jamaah haji untuk sering minum agar tidak dehidrasi.
Foto: Muhammad Hafil / Republika
Seorang jamaah haji Indonesia sedang meminum air dari botol di TMakkah. Dengan suhu udara yang panas di Makkah, mengharuskan jamaah haji untuk sering minum agar tidak dehidrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Jamaah haji Indonesia perlu mewaspadai heatstroke terutama saat wukuf di Arafah dan di Mina  untuk lontar jamrah selama tiga hari. Cuaca pada saat itu diperkirakan bisa mencapai 44 derajat Celsius di siang hari.

Oleh karenanya, jamaah perlu mewaspadai terjadinya heatstroke saat Armuzna. Puncak ibadah haji ditandai dengan prosesi Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) yang akan dilaksanakan pada 27 Juni hingga 1 Juli 2023.

"Kondisi heatstroke perlu diwaspadai jemaah haji terutama lansia saat berada di Armuzna. Terdapat dua titik di Armuzna yang rawan terjadinya kasus heatstroke yakni Arafah dan Mina," Kepala KKHI Madinah dr Tri Atmaja sebagai pelaksana pos kesehatan (poskes) utama di Mina, Ahad (25/6/2023).

Dijelaskan dr Tri, heatstroke adalah kondisi tubuh tidak dapat mengontrol suhu tubuhnya. Kondisi ini terjadi karena paparan panas dengan suhu tinggi secara langsung sehingga menyebabkan kenaikan suhu inti tubuh hingga lebih dari 40 derajat Celsius.

Kondisi ini jika tidak segera ditangani, dapat mengakibatkan kerusakan organ seperti otak, jantung, dan ginjal. Oleh karenanya, penting bagi jamaah haji untuk mengenali beberapa gejala heatstroke.

Antara lain, suhu tubuh meningkat hingga lebih dari 40 derajat Celsius, kelelahan, kulit panas dan kering, denyut nadi dan frekuensi napas meningkat, dan gangguan neurologis berupa  penurunan kemampuan berpikir dan berkonsentrasi, drowsiness (perasaan mengantuk yang kuat), hingga koma.

Lebih lanjut dr Atma menjelaskan strategi penanganan heatstroke di Mina. Hal terpenting pada heatstroke yaitu penanganan segera. Oleh karenanya saat jamaah haji melaksanakan prosesi lontar jamrah di Mina, telah disiagakan tenaga kesehatan yang akan disebar pada jalur menuju jamarat.

Tujuannya jika ditemukan jamaah haji dengan gejala heatstroke dapat segera dilakukan penanganan. “Hal terpenting dalam penanganan heatstroke adalah penemuan kasus yang cepat dan penanganan sesegara mungkin sebelum terjadi komplikasi lebih lanjut dari kondisi heatstroke,” ungkap dia.

Selain itu penanganan heatstroke dilaksanakan juga di poskes utama Mina. Penanganan yang dilakukan pada jamaah heatstroke adalah dengan menempatkan di ruangan berpendingin, melepaskan pakaian yang tebal, kemudian dilakukan rehidrasi dengan cairan infus.

Namun penurunan suhu tubuh ini tidak bisa berlangsung cepat, oleh karenanya selama proses rehidrasi bisa dibantu dengan kompres es batu atau handuk dingin di sela-sela tubuh.

Metode ini akan digunakan untuk membantu menurunkan panas tubuh lebih cepat. Untuk kasus heatstroke yang membutuhkan perawatan yang lebih lanjut, akan dirujuk ke RS Mina Al-Wadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement