Rabu 28 Jun 2023 19:21 WIB

Dari Utang Hampir Rp 3 Miliar Hingga Berdirinya SM Tower

Dorongan dari Buya Syafi’i Maarif membuatnya yakin dalam memimpin Suara Muhammadiyah,

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Bagian depan Hotel Muhammadiyah atau Suara Muhammadiyah (SM) Tower and Convention di Yogyakarta, Kamis (22/6/2023). SM Tower and Convention ini merupakan hotel pertama yang di miliki oleh Muhammadiyah. Bangunan yang memiliki delapan lantai ini akan soft opening pada Sabtu (24/6/2023) mendatang. Rencananya hotel yang dibangun dari dana Suara Muhammadiyah ini akan beroperasi penuh pada Agustus nanti.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Bagian depan Hotel Muhammadiyah atau Suara Muhammadiyah (SM) Tower and Convention di Yogyakarta, Kamis (22/6/2023). SM Tower and Convention ini merupakan hotel pertama yang di miliki oleh Muhammadiyah. Bangunan yang memiliki delapan lantai ini akan soft opening pada Sabtu (24/6/2023) mendatang. Rencananya hotel yang dibangun dari dana Suara Muhammadiyah ini akan beroperasi penuh pada Agustus nanti.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Silvy Dian Setiawan

Berdirinya SM Tower and Convention, hotel pertama yang dikelola Suara Muhammadiyah/PT Syarikat Cahaya Media, tidak berjalan mulus. Hotel itu berdiri dari perjalanan panjang perjuangan dalam mempertahankan Suara Muhammadiyah sebagai media dakwahnya Persyarikatan Muhammadiyah.

Baca Juga

Hotel ini sudah berdiri dengan tinggi delapan lantai di Kota Yogyakarta, di bawah kepemimpinan Deni Asy’ari sebagai Direktur Utama Suara Muhammadiyah. Hotel ini sudah resmi beroperasi sejak dilakukannya soft launching pada 24 Juni 2023.

Deni mulai bergabung dengan Suara Muhammadiyah sejak 2007 lalu. Ia yang merupakan keturunan Minang, tepatnya di Bukittinggi, Sumatra Barat, itu, awalnya menjadi reporter keliling luar kota di Suara Muhammadiyah.

Kondisi Suara Muhammadiyah tidak stabil kala itu. Selama menjadi reporter, kegelisahan itu bertahap semakin besar. "Perusahaan yang sudah hampir satu abad, tetapi pengelolaan seenaknya saja," kata Deni.

Hal itu tidak membuatnya diam. Berbagai kritikan dilontarkan terhadap pimpinan untuk membangun Suara Muhammadiyah. Namun, hal ini justru membuatnya sedikit diasingkan di Suara Muhammadiyah, dan ia menjalankan tugas untuk mencari iklan selain sebagai reporter, yang akhirnya membuatnya memiliki banyak relasi.

Pada 2013, Pak Didik yang menjabat sebagai Direktur Utama Suara Muhammadiyah waktu itu sering sakit-sakitan. Deni yang biasanya sering berkunjung keluar kota, akhirnya harus lebih banyak menghabiskan waktu di Suara Muhammadiyah di Yogyakarta.

Tidak lama, Pak Didik dikabarkan meninggal dunia di saat ia harus kembali ke Sumatra Barat dalam rangka memberangkatkan ibunya menjalankan ibadah haji ke Tanah Suci.

Sekitar satu bulan seusai memberangkatkan ibunya, akhirnya Deni kembali ke Yogyakarta dan mengharuskannya untuk menjalankan tugas direktur utama karena kosongnya kepemimpinan utama waktu itu.

Pendanaan waktu itu tidak ada. Bahkan, Suara Muhammadiyah memiliki utang yang sangat besar, yakni hampir Rp 3 miliar. Persoalan itu sempat membuatnya menyerah, tapi dorongan dari Buya Syafi’i Maarif membuatnya yakin dalam memimpin Suara Muhammadiyah, meskipun saat itu belum resmi dilantik sebagai direktur utama.

Bahkan, Deni yang sudah memiliki usaha fotokopi yang cukup besar akhirnya memutuskan untuk menutup lima cabang usahanya yang memberikan penghasilan mencapai Rp 15 juta per bulan. Deni berani menutup usaha tersebut agar fokus dalam membesarkan Suara Muhammadiyah.

Berjalan tanpa pemimpin utama, dengan cepat dilakukan pemilihan dan Deni terpilih sebagai Direktur Utama Suara Muhammadiyah. Ia terpilih sebagai direktur termuda kala itu, yakni berumur 30 tahun, dan masih menunggu kepulangan ibunda dari Tanah Suci.

Namun, takdir berkata lain, hanya koper ibunda Deni yang kembali ke kampung halaman karena sang bunda meninggal di Tanah Suci saat kembali ke Tanah Air. Kabar tersebut membuatnya terpuruk dan sempat menyendiri di kampung halamannya selama satu bulan.

Meski begitu, Deni berusaha untuk tetap berikhtiar dalam membangun Suara Muhammadiyah. Keuangan perusahaan itu dikuatkan empat bulan setelah membersihkan utang, dan Deni membeli tanah, serta membangun gudang di Ngadiwinatan, Kota Yogyakarta, hingga membeli kendaraan pertama.

Awal 2015, Deni berusaha membangun dan menguatkan brand Suara Muhammadiyah melalui digelarnya berbagai event. Pada event muktamar di Makassar waktu itu, Suara Muhammadiyah membuka stand dan menghasilkan omzet hingga Rp 3 miliar.

“Mimpi SM (Suara Muhammadiyah) mempunyai gedung bertingkat akhirnya menjadi misi awal tahun 2016. Setelah menguatkan keuangan dan brand, tahun 2016 dikembangkan lini bisnis SM yang dinamakan Toko Daerah, Agen Majalah SM, hingga SM Corner tumbuh pesat," ucap Deni.

Akhirnya, Suara Muhammadiyah memberanikan untuk ground breaking Grha Suara Muhammadiyah yang berlokasi di Jalan KH Ahmad Dahlan pada 2017 dengan perkiraan biaya mencapai Rp 13 miliar. Namun, saat itu dana yang tersedia baru sebesar Rp 5 miliar.

Kondisi tersebut tidak membuat pembangunan Grha Suara Muhammadiyah tersendat. Dalam waktu satu tahun, pembangunan Grha Suara Muhammadiyah selesai dilakukan, sehingga dapat diresmikan pada Februari 2018.

“Muncul pertanyaan, apakah proses pembangunannya dengan utang karena dana SM satu tahun sebelumnya baru ada Rp 5 miliar? Pembangunan Grha SM selama satu tahun tidak dengan utang, justru SM menyisakan uang kurang lebih Rp 4 miliar,” ungkapnya.

Setelah dibangunnya Grha Suara Muhammadiyah, saat itu Deni mulai melanjutkan mimpinya membangun bisnis besar, yaitu SM Tower and Convention pada 2018. Suara Muhammadiyah pun memberanikan diri untuk terjun ke bidang perhotelan dan pariwisata.

Berbagai proses pembangunan pun dilakukan, mulai dari mengurus perizinan yang dilakukan sendiri, mendatangi kantor perizinan, menunggu antrean, bahkan ia sempat tertidur di kantor perizinan. Hingga akhirnya perizinan pun terbit, dan membuat mimpi untuk membangun SM Tower semakin dekat.

"November 2019 dilakukanlah peletakan batu pertama hotel SM, dengan proses pembangunan dimulai bulan Februari 2020," ucapnya.

Tidak berhenti di situ, pembangunan hotel ini pun tidak berjalan sesuai rencana. Pasalnya, pada Februari 2020 pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia yang mengakibatkan ekonomi sedikit terguncang.

Toko Suara Muhammadiyah yang sebelumnya sibuk melayani pemesanan, katanya, akhirnya membuat lini bisnis Suara Muhammadiyah berkurang drastis. Hal ini membuatnya harus memundurkan proses pengerjaan SM Tower.  

Dengan kegigihannya, selama pandemi Deni pun mengubah arah perahu yang awalnya Suara Muhammadiyah dikenal sebagai Majalah Suara Muhammadiyah, Toko Suara Muhammadiyah, dan berencana mendirikan hotel, akhirnya berubah membuka sembako yang dinamakan BulogMu. BulogMu didirikan dengan memanfaatkan lahan parkir mobil tamu yang akan masuk ke Suara Muhammadiyah.

"Tidak disangka juga, mitra BulogMu pun tumbuh pesat dalam tiga bulan dengan mempunyai 400 mitra yang tersebar di DIY dan Jateng. Seluruh margin yang didapat untuk membangun gudang di Ambarketawang seluas 1.500 meter persegi," kata Denny.

Pada November 2020 yang saat itu masih pandemi, Deni mengembangkan BulogMu menjadi Logmart dengan gudang yang telah tersedia. BulogMu dan Logmart pun tumbuh pesat, dan saat ini untuk Logmart sendiri sudah berjumlah 103 yang tersebar di Pulau Jawa.

Pertumbuhan tersebut yang membuatnya untuk yakin membangun SM Tower pada 2022 yang sebelumnya sempat ditunda. Dengan kondisi pandemi yang mulai melandai, akhirnya menjadikan pembangunan SM Tower dimulai kembali dengan proses waktu 13 bulan, hingga diresmikan pada 24 Juni 2023 kemarin.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement