REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Surabaya disebut sebagai kota yang paling tinggi antusiasmenya dalam rangkaian Republika Festival Hijriah. Hal ini diungkapkan Habib Ja'far selaku pemberi tausyiah dalam Republika Festival Hijriah yang berlangsung pada Kamis (10/8/2023) malam.
Menurut Habib Ja'far, ada indikator tersendiri yang menyebabkan dia menyebut Surabaya sebagai kota dengan antusiasme tertinggi selama Republika Festival Hijriah. Salah satunya karena jumlah pendaftar yang mencapai 4.000-an penonton. "Kayaknya gedung ini paling besar, terlihat terisi dan kursinya penuh. Kemudian antusiasme juga terlihat dari bagaimana menyimak, bagaimana mereka bertanya," kata Habib Ja'far saat ditemui Republika seusai memberikan tausiah.
Berdasarkan pengamatan Republika, sebagian besar penonton yang hadir di Republika Festival Hijriah adalah kalangan muda. Mengetahui hal tersebut, Habib Ja'far pun memberikan tanggapannya. Menurut dia, target ceramah dia sejak awal memang lebih diniatkan untuk anak-anak muda.
Di media sosial (medsos) pribadinya misalnya, Habib Ja'far menyebut bahwa rata-rata penontonnya berusia 18 sampai 34 tahun. Ini berarti penonton ceramahnya dia merupakan generasi milenial dan generasi Z.
Habib Ja'far mengaku senang karena masyarakat Indonesia secara kuantitas didominasi oleh generasi muda. Anak muda sendiri dianggap dapat berperan untuk memperbaiki masalah di Indonesia. Kemudian secara kualitas, anak muda acap menjadi penyelesai masalah di masyarakat.
Ia mencontohkan ketika zaman Nabi Muhammad SAW di mana mayoritas anak muda merupakan orang-orang yang mampu menyelesaikan masalah. Begitupun di Indonesia sejak era sebelum kemerdekaan sudah berada dalam kondisi tersebut.
Dengan melibatkan anak muda Indonesia, dia meyakini, ini dapet ikut membenahi Indonesia, baik dari sisi agama dan sebagainya. "Kita berharap ini jadi investasi perubahan di masa depan," kata dia menambahkan.
Sebagaimana diketahui, Republika Festival Hijriah di Surabaya mendatangkan Habib Ja'far untuk memberikan tausiahnya. Acara ini turut menampilkan parade seni dan budaya dari Muslim Xinjiang, serta bazaar UMKM.
Wakil Pemimpin Redaksi Republika, Nur Hasan Murtiaji mengatakan, Festival Hijriah digelar sebagai momentum untuk mengingat perjalanan waktu dan peradaban umat Islam. Selain menampilkan tausiah dari para ustaz, Festival Hijriah dimeriahkan dengan pertunjukan seni budaya Muslim Xinjiang dan bazaar UMKM.
"Untuk memeriahkan kita menghadirkan pertunjukan yang mungkin bisa membuka perspektif lain, yaitu pertunjukan seni budaya Muslim Xinjiang. Ini perlu kita hadirkan karena selama ini orang banyak berbicara tentang Muslim Xinjiang dengan segala macam perspektifnya. Kita coba mengangkat perspektif yang lain, yaitu dari seni dan budaya dan mudah-mudahan ini sekaligus menjadi pintu dialog antara kita dengan Muslim Xinjiang untuk bisa saling silaturahmi dan tukar informasi," kata pria disapa Hasan tersebut.
Sementara itu, Ketua Panitia Republika Festival Hijriah, Bayu Hermawan menambahkan, ada 30 stand UMKM yang mengikuti kegiatan Bazaar festival kali ini. Puluhan UMKM ini berasal dari anggota Kadin, pelaku usaha secara umum, kelompok disabilitas dan sebagainya. Mereka menyajikan berbagai macam jenis makanan, kerajinan tangan dan lain-lain.
Adapun jumlah pengunjung Republika Festival Hijriah di Surabaya dibatasi hanya 2.500 orang. Ribuan pengunjung tersebut berasal dari pendaftaran daring dan luring. "Untuk yang daftar online, kami sudah sampai 4.000 orang. Itu sudah seminggu lalu ditutup dan kami hanya ambil 50 persen dari pendaftar online. Sisanya kuota untuk yang daftar on the spot," jelasnya.