Ahad 20 Aug 2023 15:26 WIB

Pilah Sampah, Bantul Berdayakan Petugas Kebersihan Pantai

Jumlah petugas kebersihan pantai yang dikoordinir sebanyak 61 orang.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Fernan Rahadi
Pengunjung berdiri di tepi Pantai Gumuk Pasir yang dipenuhi sampah, di Bantul, DI Yogyakarta, Senin (20/2/2023). Kebiasaan masyarakat membuang sampah di sungai dan terbawa arus banjir yang bermuara di pantai tersebut membuat kawasan pantai selatan Yogyakarta dipenuhi sampah.
Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Pengunjung berdiri di tepi Pantai Gumuk Pasir yang dipenuhi sampah, di Bantul, DI Yogyakarta, Senin (20/2/2023). Kebiasaan masyarakat membuang sampah di sungai dan terbawa arus banjir yang bermuara di pantai tersebut membuat kawasan pantai selatan Yogyakarta dipenuhi sampah.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memberdayakan petugas kebersihan pantai untuk melakukan pemilahan sampah yang tidak terkelola atau tercecer di kawasan objek wisata pantai pada masa darurat sampah saat ini.

Kepala Dinas Pariwisata Bantul Kwintarto Heru Prabowo mengatakan jumlah petugas kebersihan pantai yang dikoordinir pemerintah sebanyak 61 orang yang tersebar di sejumlah pantai Bantul sisi timur dan sisi barat.

Baca Juga

"Ada penambahan 20 petugas kebersihan pantai. Ini insidentil khusus pada masa darurat pengelolaan sampah saja. Jadi, kita memberdayakan petugas dan masyarakat di kawasan wisata untuk melakukan pemilahan sampah," katanya, Ahad (20/8/2023).

Dia mengatakan, produksi sampah di kawasan wisata terutama pantai meskipun tidak signifikan dibandingkan sampah rumah tangga tetap menjadi perhatian agar dapat terkelola dengan baik, atau paling tidak sampah sudah terpilah.

Menurut dia, di kawasan wisata sebenarnya sudah ada orang yang memungut dan mengumpulkan sampah untuk kemudian barang-barang yang masih bisa diolah seperti botol kemasan, kertas dan lain-lain dijual, namun belum sepenuhnya mengatasi sampah di kawasan wisata.

"Oleh karena itu, kami pilah lagi agar pengelolaan sampah lebih optimal," katanya.

Dia mengatakan, sampah organik atau sisa makanan yang tidak dapat dijual tersebut nantinya dikubur oleh petugas, sementara sampah kemasan yang bisa dimanfaatkan akan dikelola dan diolah di tempat pengelolaan sampah yang kini digencarkan di masyarakat.

"Harapannya ke depan pemilahan sampah itu menjadi satu budaya, tentu teman-teman petugas kita di lapangan begitu ketemu sampah agar dipisah, sehingga nanti kalaupun ada sampah yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) jumlahnya tidak banyak," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement