Senin 21 Aug 2023 07:28 WIB

'Maknai Kemerdekaan dengan Perjuangkan Kemajuan Bangsa'

Jika bisa menerapkan kejujuran dan keadilan, Indonesia akan menjadi bangsa besar.

Anwar Sanusi (kiri)
Foto: ANTARA/ Reno Esnir
Anwar Sanusi (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jalan berliku telah dilalui oleh para pendiri bangsa dalam mengantarkan Indonesia pada kemerdekaan. Merdeka dalam berpikir dan bersikap menjadi buah manis yang kini bisa dinikmati oleh semua putra-putri Indonesia. Karena itu seluruh anak bangsa selayaknya dapat memaknai kemerdekaan dengan semangat kebersamaan.

Mantan Ketua Umum DPP PERTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah), KH Anwar Sanusi menyatakan bahwa kemerdekaan yang dirayakan bangsa Indonesia adalah untuk mengingat lepasnya Indonesia dari penjajahan negara asing. Jika mengacu kepada asal katanya, 'merdeka' berasal dari bahasa Sansekerta yaitu 'mahardhika.'

"Mahardhika itu artinya merdeka, telah bebas dari pengaruh dan intervensi pihak lain. Kalau bagi Indonesia, merdeka artinya sudah bebas dari pengaruh pihak asing yang pernah menjajah kita," ujar Anwar Sanusi di Jakarta, Jumat (18/8/2023).

Ia menjelaskan, menghayati semangat kemerdekaan yang menjadi hak bagi seluruh manusia di muka bumi, tentunya tidak bisa lepas dari sifat keterbukaan yang dapat merangkul semua. Hal ini sering juga disebut dengan toleransi.

"Intoleransi itu lawan katanya toleransi. Arti toleransi itu kan banyak ya. Kalau kita kaitkan ke isu SARA misalnya, ada toleransi beragama, ras, suku, dan antar golongan. Hakikatnya, toleransi adalah sikap yang saling menghormati, menghargai, dan tidak memaksakan kehendaknya kepada orang lain yang punya pandangan berbeda," kata Anwar Sanusi.

Ia menambahkan, jika bisa menerapkan kejujuran dan keadilan, baik dalam ucapan maupun tindakan, Indonesia akan berhasil menjadi bangsa yang besar. Memaknai kemerdekaan dengan memperjuangkan kemajuan bangsa Indonesia adalah prinsip yang sangat mulia. Selain itu, harus selalu diingatkan kepada seluruh anak bangsa agar mampu saling menghormati, mengakui, dan bisa objektif dalam melihat persoalan. Dengan begitu, segala perbedaan pendapat akan bisa disikapi dengan santai.

"Saya yakin, kalau memang masyarakat Indonesia ini, mulai dari rakyatnya, pemimpinnya, serta para tokoh agama dan tokoh masyarakatnya, bisa bersatu padu dalam bingkai iman dan takwa, maka bangsa kita bisa mendapatkan keberkahan dari Allah subhanahu wa ta'ala," ungkapnya.

Menurutnya, hal itu sesuai dengan bunyi surat Al-A'raf ayat 96 pada Alquran, yang berbunyi ‘jika penduduk suatu negeri itu beriman dan bertakwa kepada Allah, maka negara itu akan mendapat keberkahan dari langit dan bumi’. Itu sudah ada di dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional di pasal 31, sudah dicantumkan semua, bahwa harus memiliki iman, takwa, dan akhlak mulia,

Anggota DPR RI periode 1997-2014 dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan ini pun menjelaskan, kemajuan dan kebaikan suatu negara sebenarnya tergantung dari masyarakatnya sendiri. "Kalau kita menyitir ayat Alquran, bahwa Allah itu tidak akan merubah nasib suatu kaum, kalau kaum itu tidak mengubah nasibnya sendiri. Innallaha laa yughoyyiru maa bi qaumin, hatta yughoyyiru maa bi anfusihim," katanya.

Ia berharap kondisi yang aman dan damai serta kebersamaan anak bangsa janganlah dirusak oleh kepentingan sesaat. Termasuk yang berkaitan dengan politik praktis untuk memperebutkan kekuasaan. Oleh karena itu, menghadapi tahun politik yang tinggal beberapa bulan lagi, sebaiknya tidak memakai prinsip politik machiavelis.

"Politik machiavelis adalah prinsip politik yang menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Cara yang dihalalkan misalnya menjelek-jelekan, memfitnah, atau menuduh lawan politiknya. Ini tidak boleh terjadi," kata  Anwar Sanusi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement