REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang telah menyiapkan skema penanganan bencana kekeringan, apabila musim kemarau tahun ini berlangsung lebih panjang.
Selain mengoptimalkan langkah antisipasi sesuai dengan daftar pelaksanaan anggaran (DPA), BPBD juga telah berkoordinasi dengan berbagai lembaga terkait untuk bergotong royong menangani potensi bencana kekeringan yang terjadi.
Kepala Pelaksana (Kalakhar) BPBD Kabupaten Semarang Juwair Suntara mengatakan, sesuai laporan dari BMKG, kekeringan diprediksi masih akan berlangsung sampai akhir September 2023 nanti.
Namun, tanpa mengesampingkan prediksi tersebut, diharapkan musim kemarau ini tidak akan berlangsung lebih panjang, mengingat dampak yang diakibatkan di masyarakat juga akan semakin besar.
“Baik dampak secara ekonomi maupun dampak sosial lainnya,” ujar Juwair di sela kegiatan Apel Gelar Pasukan Satgas Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Kabupaten Semarang 2023, di Lapangan Bung Karno, Alun Alun Kalirejo, Ungaran, Kamis (24/8/2023).
Sampai saat ini, dia menjelaskan, cadangan air bersih untuk mengantisipasi bencana kekeringan sesuai DPA BPBD Kabupaten Semarang masih tersedia hingga 90 tangki atau 450 ribu liter, dari total cadangan sebanyak 200 tangki air bersih atau setara satu juta liter.
Apabila cadangan tersebut masih kurang, BPBD telah berkoordinasi dengan Baznas, PMI, serta dinas sosial (dinsos) setempat untuk menyiapkan cadangan bantuan air bersih kepada masyarakat yang membutuhkan.
Demikian halnya, apabila nanti masih mengalami kekurangan, BPBD masih dapat mengandalkan dukungan BPBD Provinsi Jawa Tengah untuk meminta bantuan dukungan bantuan air bersih.
Namun, karena pelayanan BPBD provinsi ini begitu luas dan mencakup seluruh wilayah Jateng, jika masih kekurangan, BPBD Kabupaten Semarang akan membuat nota dinas kepada bupati untuk menerbitkan SK tanggap darurat bencana kekeringan.
“Sehingga ada dana dana tidak terduga (DTT) bisa digeser untuk membantu pengadaan cadangan air bersih bagi penanganan bencana kekeringan di wilayah Kabupaten Semarang ini,” kata dia.
Juwair menambahkan, terkait dengan dampak musim kemarau kali ini BPBD juga mencatat pasokan bantuan air bersih telah disalurkan ke sejumlah wilayah yang warganya terdampak.
Wilayah terdampak seperti di Kecamatan Bancak, Bringin, dan Getasan masih berpotensi mengajukan permohonan bantuan/dropping air bersih kepada BPBD.
Demikian juga dengan permintaan dari wilayah Kecamatan Ungaran Timur. Bahkan di Kecamatan Ungaran Timur juga ada beberapa wilayah desa yang sebelumnya tidak pernah mengajukan bantuan air bersih, tahun ini mengajukan.
Seperti di Desa Penawangan, Desa Kawengen, dan Desa Kalikayen. “Sehingga beberapa wilayah yang tadinya tidak minta bantuan air bersih, dengan adanya kekeringan panjang ini mereka juga ikut terdampak dan minta disuplai bantuan air bersih,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, akibat dampak musim kemarau warga di sejumlah desa di Kabupaten Semarang mengalami krisis air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha menyebutkan, warga yang ada di delapan desa dan tersebar di enam kecamatan. Kedelapan desa ini meliputi Desa Gogodalem, Sambirejo, dan Desa Rembes di Kecamatan Bringin, dan Desa Kalikayen (Kecamatan Ungaran Timur).
Selain itu juga di wilayah Desa Tajuk (Kecamatan Getasan), Desa Kemitir (Kecamatan Sumowono), Desa Plumutan (Kecamatan Bancak), serta Desa Semowo wilayah Kecamatan Pabelan.