Senin 04 Sep 2023 20:40 WIB

Meski TPA Piyungan Dibuka, Yogya Tetap Masifkan Gerakan Mbah Dirjo

Sampah yang dibawa ke TPA Piyungan akan tetap dibatasi setelah dibuka kembali.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Agus raharjo
Pemulung mencari sampah daur ulang pada tumpukan sampah pembuangan terakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, Bantul, Yogyakarta, Senin (24/7/2023). Pemerintah Daerah (Pemda) Yogyakarta dan Pemkot Yogyakarta menutup operasional TPA Piyungan mulai 23 Juli hingga 5 September karena zona pembuangan sampah penuh dan melebihi kapasitas. Sedangkan tampungan sampah yang baru masih dikerjakan hingga awal Oktober mendatang. Sehingga untuk pengelolaan sampah untuk sementara akan dikembalikan kepada kabupaten/ kota masing-masing.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pemulung mencari sampah daur ulang pada tumpukan sampah pembuangan terakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, Bantul, Yogyakarta, Senin (24/7/2023). Pemerintah Daerah (Pemda) Yogyakarta dan Pemkot Yogyakarta menutup operasional TPA Piyungan mulai 23 Juli hingga 5 September karena zona pembuangan sampah penuh dan melebihi kapasitas. Sedangkan tampungan sampah yang baru masih dikerjakan hingga awal Oktober mendatang. Sehingga untuk pengelolaan sampah untuk sementara akan dikembalikan kepada kabupaten/ kota masing-masing.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- TPA Regional Piyungan mulai dibuka pada 6 September 2023, setelah dilakukan penutupan sejak 23 Juli hingga 5 September 2023. Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menyebut tetap akan memasifkan gerakan pengolahan sampah yang sudah berjalan di masyarakat meski TPA Piyungan akan dibuka kembali.

Yyakni gerakan Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja (Mbah Dirjo). Sebab, volume sampah yang bisa masuk ke TPA Piyungan tetap dibatasi meski sudah dibuka pada 6 September. Untuk Kota Yogyakarta, kuota sampah yang bisa dibawa ke TPA Piyungan dibatasi 127 ton per hari.

Baca Juga

"Program Mbah Dirjo kita masifkan dan terus edukasi ke masyarakat," kata Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo di Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Senin (4/9/2023).

Singgih mengatakan, sejak diterapkannya program Mbah Dirjo, terus terjadi pengurangan sampah. Dengan begitu, program ini akan terus dimasifkan di masyarakat, bahkan juga sudah diwajibkan kepada ASN di lingkungan Pemkot Yogyakarta.

"Sehingga kami akan masif dengan Mbah Dirjo untuk bisa mengurangi sampah organik maupun anorganik," ujar Singgih.

Terkait dengan dibukanya TPA Piyungan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY, Kuncoro Cahyo Aji juga sudah mengatakan bahwa pada saat nantinya dibuka, bukan berarti dapat menampung sampah seperti sebelum dilakukannya penutupan. Pasalnya, TPA Piyungan sebelum dilakukan penutupan menerima sampah lebih dari 700 ton per hari, bahkan ada yang lebih dari 1.000 ton per hari.

"Artinya, nanti dibuka juga bukan dibuka bebas. Karena tempatnya terbatas, malah nanti jadi masalah kalau dibuka bebas," kata Kuncoro.  

Kuncoro menyebut bahwa nantinya sampah yang dibawa ke TPA Piyungan tetap akan dibatasi setelah dibuka kembali pada 6 September 2023. "Nanti dibuka, hanya tetap dengan pembatasan kuota," ucap Kuncoro.

Meski TPA Piyungan sudah mulai dibuka Selasa (6/9/2023), namun pihaknya tetap mendorong masyarakat agar dapat melakukan pengolahan sampah dari hulu. Dengan begitu, sampah yang masuk ke TPA Piyungan akan semakin berkurang.

"Kalau masyarakat sudah semakin sadar (akan sampah) dan semakin mau memilah sampah, itu bagus. Kalau bisa (gerakan-gerakan pemilahan sampah di wilayah) diteruskan," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement