Selasa 26 Sep 2023 16:35 WIB

Lebih Efisien, Petani Bawang Merah di Bojonegoro Didorong Gunakan Benih Biji

Selama ini budi daya masih menggunakan bibit umbi bawang merah.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Petani memanen bawang merah (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Petani memanen bawang merah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO -- Para petani bawang merah di Kabupaten Bojonegoro didorong beralih ke penggunaan benih biji. Langkah ini guna mengatasi ketergantungan benih umbi dari daerah lain sekaligus meminimalisasikan biaya produksi budi daya bawang merah.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bojonegoro, Helmy Elisabeth menyampaikan, saat ini kebutuhan benih bawang merah di Bojonegoro masih bergantung dari luar daerah. Untuk mengatasi hal tersebut, DKPP berusaha menumbuhkan penangkar benih dari wilayah sendiri sejak 2022.

"Ini dilakukan meskipun kapasitas produksinya belum besar," kata Helmy. Di samping itu, DKPP juga masih terus  menyosialisasikan penggunaan benih bawang merah TSS per biji yang secara biaya lebih murah dibandingkan umbi.

Karena menggunakan benih biji melalui teknologi True Shallot Seed (TSS), petani bawang merah akan meraih banyak keuntungan. Hal ini akan sedikit berbeda dibandingkan dengan cara konvensional menggunakan bibit umbi bawang merah.

Menurut dia, sejauh ini para petani, DKPP, peneliti BRIN, dan Panah Merah selaku produsen benih bawang merah telah melaksanakan percontohan produksi penggunaan benih bawang merah TSS per biji di lokasi percontohan Desa Semenpinggir, Kecamatan Kapas.

Dari hasil percontohan yang dilakukan, berdasarkan hasil ubinan mencapai kisaran 20 hingga 29,6 ton per hektare (ha) bawang merah dalam kondisi basah. Selain itu, DKPP juga mencoba beberapa metode perlakuan budi daya bawang merah TSS per biji pada bedengan.

Ini dilakukan dengan perlakuan potong pucuk pada persemaian satu pekan sebelum tanam yang mana telah menghasilkan berat panen basah 29,6 ton per ha. Sementara itu, penanaman dua sampai tiga bibit per lubang tanam menghasilkan berat basah 34,4 ton per ha.

Budi daya berikutnya adalah dengan tanam satu bibit per lubang tanam. Upaya ini menghasilkan berat basah 28,8 ton per ha. "Yang mana kisaran jumlah umbi per rumpunnya sebanyak tiga sampai enam umbi,” jelasnya.

Sementara itu, salah satu petani bawang merah, Moh Rifa'i menilai, budi daya bawang merah menggunakan biji memang lebih menguntungkan. Selain bisa menekan biaya produksi dan hasilnya lebih banyak, warna juga lebih merah merona.

Bahkan, umbinya bisa lebih besar dan lebih tahan dengan hama. Rifai tidak menampik pada percobaan sebelumnya belum memberikan hasil 100 persen.

Hal ini terjadi karena terdapat kendala di pengolahan lahan. "Namun untuk yang lahannya bagus sudah kelihatan menghasilkan dari biji dengan perbandingan yang dari umbi bawang merah,” kata warga Kecamatan Kapas ini.

Menurut dia, dari dua ons biji bawang merah dapat menghasilkan empat sampai lima kuintal bawang merah. Dia tetap akan mencoba menanam kembali menggunakan benih biji melalui teknologi True Shallot Seed untuk mendapatkan hasil melimpah dengan kualitas terbaik serta harga yang bagus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement