Rabu 04 Oct 2023 19:54 WIB

Embung Sebligo Mengering, Begini Kondisi Kebun Durian Petani di Desa Lerep

Kebutuhan air untuk menyiram tanaman durian juga terhambat.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
 Kondisi embung Sebligo di Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, yang mengering dan tidak lagi menampung air.
Foto: Bowo Pribadi
Kondisi embung Sebligo di Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, yang mengering dan tidak lagi menampung air.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Setelah hampir lima bulan tidak pernah turun hujan, embung Sebligo di lingkungan Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, mengering.

Embung yang memiliki luas hampir 0,5 hektare dan berada di ketinggian 600 meter dari permukaan laut (mdpl) tersebut, saat ini benar-benar dalam kondisi yang kosong, karena tidak ada lagi air yang bisa ditampung.

Kepala Desa Lerep, Sumaryadi yang dikonfirmasi mengatakan, embung Sebligo ini memang didesain untuk menabung air pada saat musim hujan dan untuk mencukupi air pada saat musim kemarau.

Khususnya untuk memenuhi kebutuhan air bagi pengembangan kawasan embung sebagai kebun durian. Sehingga, embung ini memang tidak dirancang untuk menopang pengairan lahan persawahan.

Namun sejak curah hujan terus menurun dan bahkan hampir lima bulan terakhir ini memang tidak pernah turun hujan akibat kemarau yang panjang, maka kondisi air yang ditampung di embung ini juga terus berkurang.

“Puncaknya dua pekan terakhir, saat embung ini tidak lagi menampung air dan benar-benar kering,” ungkapnya, saat dikonfirmasi di kantor Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Rabu (4/10/2023).

Dengan mengeringnya embung Sebligo ini, jelas Sumaryadi, praktis kebutuhan air untuk menyiram 3.000 tanaman durian, harus dilakukan dengan mencari sumber-sumber air yang masih dapat dimanfaatkan.

Karena pipa-pipa air yang instalasinya sudah dipasang dari embung hingga ke kebun durian sudah tidak lagi mengalirkan air. Risikonya, para anggota kelompok tani harus bekerja ekstra keras untuk menyiram tanaman durian dua kali sehari, pagi dan sore hari.

Para petani sekarang harus mencari sumber-sumber air yang masih dapat dimanfaatkan walaupun lokasinya relatif lebih jauh dari kebun serta tanaman durian yang harus disiram. “Biasanya dilangsir pakai sepeda motor dari sumber ke kebun,” ungkapnya.

Sumaryadi juga menyampaikan, embung Sebligo dibangun pada 2016 ini dibuat untuk mendukung program Sentra Pemberdayaan Tani Kelompok Petani Buah Durian kerja sama Pemerintah Desa Lerep dengan Yayasan Obor Tani (Yabortan).

Sedangkan pendanaan seperti instalasi pipa dan bibit tanamannya merupakan program CSR Pertamina. Konsep ini diterapkan untuk kawasan desa yang minim sumber air tetapi masih ada hujan.

“Sehingga ketika musim hujan air ini kita ‘tabung’ dan pada saat musim kemarau airnya dimanfaatkan untuk menyiram tanaman, dalam hal ini tanaman durian milik kelompok tani,” jelas dia.      

Sejak persediaan air di embung semakin terbatas, lanjut Sumaryadi, kebutuhan untuk menyiram tanaman durian juga terhambat dan bahkan sejumlah tanaman durian juga sudah ada yang terdampak.   

Dari sejumlah 3.000 batang pohon durian, sekitar 50 batang di antaranya telah terdampak, yang ditandai kondisi tanaman tidak subur, pertumbuhannya terhambat, dan tanaman juga belum bisa  berbunga walaupun tanaman lainnya sudah mulai berbunga.

Ia berharap, musim kemarau dan cuaca yang panas dapat segera berakhir, sehingga embung Sebligo bisa terisi air kembali untuk mencukupi kebutuhan tanaman di kebun durian kelompok tani.

Sebab, dibandingkan dengan musim kemarau tahun lalu yang hanya berlangsung sekitar 2,5 bulan sehingga air yang ada di embung masih tersisa. Sedangkan musim kemarau kali ini sudah berlangsung hampir lima bulan, jadi dampaknya sangat terasa.

“Terlebih sebagian tanaman durian ini sekarang sudah mulai berbunga, sayang jika kekurangan air dan pertumbuhannya terganggu dan bunga durian yang sudah mekar gagal menjadi buah,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement