Senin 09 Oct 2023 16:06 WIB

Habib Ja'far Ajak Anak Muda Beraksi Bersama Secara Kreatif Sebarkan Perdamaian

Habib Ja'far menjelaskan menjadi duta damai harus verbal secara tindakan dan digital.

 Habib Husein Jafar Al Hadar
Foto: Republika/Thoudy Badai
Habib Husein Jafar Al Hadar

REPUBLIKA.CO.ID, PASURUAN -- Anak muda disebut adalah sosok paling penting dalam memastikan perdamaian Indonesia. Karena itu anak muda dinilai harus memiliki komitmen untuk beraksi secara kreatif dalam menggalang perdamaan di tengah keragaman Indonesia suku, agama, dan lain-lain. 

"Secara kuantitas  sekarang Indonesia itu mayoritas anak muda, lebih dari 60 persen penduduk Indonesia anak muda. Tentunya yang bicara ke anak muda ya sesama anak muda. Itu lebih akan diterima," ujar pendakwah dan content creator Habib Husein Ja’far Al Hadar saat menjadi narasumber Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Duta Damai Dunia Maya dan Duta Santri 2023 di Prigen, Pasuruan, Senin (9/10/2023).

Lebih lanjut, Habib Ja’far menambahkan bahwa kalau dalam Islam, anak muda saat ini adalah penentu masa depan. Kemudian dalam kebangsaan Ben Andersen bilang revolusi di Indonesia selalu diimotori annak muda.

"Karena itu buat anak muda yok kita bergerak bersama untuk perdamaian Indonesia. Indonesia bukan hak kita, tapi hak semua orang, maka tugas kita menjamin Indonesia baik-baik saja sebagai warisan terbaik untuk generasi setelah kita," ajak Habib Ja’far.

Ia meyakinkan bahwa tidak ada negeri yang lebih indah dari Indonesia. Keindahan dan kedamaian itu berkat karunia dari danTuhan. Bandingkan dengan negara Afghanistan, yang hanya terdiri dari tujuh suku dan satu agama, tapi perang saudara terus berkecamuk. Sementara Indonesia dengan ribuan suku dan bermacam agama bisa damai dan bersatu.

Menurutnya, duta perdamiaan bukan hanya agama atau suku, tapi berbagai hal. Maka para duta damai dan duta santri harus berada di tengah dan berpihak pada yang benar. "Yuk kita jadi duta damai, apapun agama Anda saya yakin anda akan masuk surga. Karena semua agama mengajarkan kedamaian,” pria keturunan Yaman tapi lahir dan besar di Bondowoso, Jawa Timur ini.

Ia menjelaskan menjadi duta damai itu harus verbal secara tindakan dan digital. Itu penting karena dari data Kementerian Agama (Kemenag) tentang perbincangan di media sosial, konten digital tentang perdamaian hanya 21 persen, sedangkan 63 persen masih bernuansa tidak damai, dari menyerang, menyindir, dan sebagainya. "Karena itu kita butuh kalian semua untuk menyebarkan nilai perdamiaan di media digital, karena mudah dan murah, dan efektif. Saya sendiri sudah mengurangi 80 persen pertemuan langsung, saya lebih sering syuting dan kontennya ditonton banyak orang di ruang digital," ungkapnya.

Dalam hal ini, duta damai dan duta santri diminta untuk tidak berpikir viral dulu, yang penting bikin konten dulu. Pun isi kontennya, bisa dari hal-hal sederhana. Ia mencontohkan konten ia bergandengan tangan dengan Bhante Dhirrapunno saat naik panggung di sebuah acara ditonton 2,7 penonton. "Buat dan sebarkan konten positif untuk pedamaian yang sederhana di sekitar Anda. Karena yang dianggap gini-gini saja, bisa jadi luar biasa buat orang lain," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement