Senin 30 Oct 2023 10:28 WIB

Kolaborasi dan Transparansi Jadi Kunci BI Ciptakan Komunikasi Optimal

Komunikasi yang dilakukan kerap dihadapkan pada sejumlah tantangan.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Yusuf Assidiq
 Kepala Divisi Relasi Media Massa dan Opinion Maker Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Syachman Perdymer (kiri), memaparkan presentasi dalam kegiatan Capacity Building Wartawan Ekonomi DIY, di Badung, Bali.
Foto: Febrianto Adi Saputro
Kepala Divisi Relasi Media Massa dan Opinion Maker Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Syachman Perdymer (kiri), memaparkan presentasi dalam kegiatan Capacity Building Wartawan Ekonomi DIY, di Badung, Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Kepala Divisi Relasi Media Massa dan Opinion Maker (DROM) Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Syachman Perdymer mengatakan, komunikasi menjadi salah satu hal yang penting dalam menyampaikan kebijakan yang dihasilkan oleh BI. Menurutnya salah satu kunci penting untuk mewujudkan komunikasi yang optimal adalah melalui kolaborasi.

"Kolaborasi dan sebagainya ini sering menjadi kunci untuk kita lebih optimal," kata Syachman dalam kegiatan Capacity Building Wartawan Ekonomi DIY, di Badung, Bali, Sabtu (28/10/2023).

Dalam konteks pengelolaan ekonomi, BI melakukan upaya kolaborasi dengan media melalui siaran pers, media visit, wawancara, pelatihan wartawan, konferensi pers, Focus Group Discussion, hingga peliputan event. Ia mengatakan ada pergeseran posisi komunikasi di bank sentral seluruh dunia dari yang tadinya tertutup menjadi terbuka.

"Bahkan Pak Perry (Gubernur BI) mengatakan komunikasi yang efektif sebagai instrumen untuk membentuk dan mengarahkan ekspektasi masyarakat atas kebijakan yang ditempuh dan sasaran yang akan dicapai," kata dia.

Dicontohkan dalam konteks target inflasi, untuk mencapai target inflasi salah satu yang penting adalah komunikasi.  Perubahan frameworking turut mengubah paradigma bank pusat di seluruh dunia dalam melihat pentingnya komunikasi dengan publik.

"Sekarang sudah lebih dari 40 negara yang mengadopsi inflation targeting ini sehingga menjadikan bank sentral secara keseluruhan lebih transparan, lebih terbuka, dan lebih komunikatif dengan publik," ungkapnya.

Meski komunikasi dinilai penting, Syachman mengatakan dalam praktiknya tidaklah mudah. Ia mengungkapkan komunikasi yang dilakukan kerap dihadapkan pada sejumlah tantangan, antara lain yakni literacy gap.

"Apalagi mengenai kebijakan Bank Indonesia, kebijakan moneter, siapa yang mau tahu, orang mungkin tidak terlalu tertarik. Padahal kalau kita mau mempengaruhi ekspektasi ya harus semuanya, publik secara keseluruhan harus bisa dibentuk ekspektasinya," tegasnya.

Tantangan lainnya yakni isu kelembagaan BI dan tuntutan transparansi/responsibilitas BI. Di sisi lain tuntutan secara kelembagan bank sentral dintuntut lebih transparan secara politik.

"Jadi kalau ada undang-undang suatu negara pasti akan menuntut harus lebih transparan dan sebagainya," kata Syachman.

Tantangan berikutnya yakni perkembangan teknologi digital. Banjir informasi, fenomena post truth dan hoaks juga menjadi tantangan dalam komunikasi saat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement