Selasa 07 Nov 2023 15:16 WIB

Harga Komoditas Cabai di Yogyakarta Tinggi

Kemarau berkepanjangan mengakibatkan harga bahan pokok naik drastis.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Petani memanen cabai merah besar di Kretek, Bantul, Yogyakarta, Rabu (1/11/2023). Pada panen akhir tahun ini harga cabai cukup menggembirakan bagi petani. Harga cabai merah besar saat ini Rp 20 ribu per kilogram di tingkat petani, sementara di pasar mencapai Rp 40 ribu perkilogram. Namun, di Parangtritis banyak petani yang gagal panen imbas penyakit daun tanaman yang menguning. Biasanya saat musim panen bisa tujuh kali, saat ini bisa empat kali panen sudah bagus.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Petani memanen cabai merah besar di Kretek, Bantul, Yogyakarta, Rabu (1/11/2023). Pada panen akhir tahun ini harga cabai cukup menggembirakan bagi petani. Harga cabai merah besar saat ini Rp 20 ribu per kilogram di tingkat petani, sementara di pasar mencapai Rp 40 ribu perkilogram. Namun, di Parangtritis banyak petani yang gagal panen imbas penyakit daun tanaman yang menguning. Biasanya saat musim panen bisa tujuh kali, saat ini bisa empat kali panen sudah bagus.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Harga cabai di pasaran mengalami kenaikan dalam beberapa hari terakhir di Kota Yogyakarta. Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Yogyakarta menyebut bahwa kenaikan harga komoditas cabai ini karena hasil panen yang menurun akibat kemarau panjang. 

Kepala Bidang Ketersediaan, Pengawas, dan Pengendalian Perdagangan Disdag Kota Yogyakarta Sri Riswanti mengatakan, untuk harga cabai rawit merah per 6 November 2023 sebesar Rp 70 ribu per kilogram. Meski begitu, harga cabai rawit merah ini sudah cenderung menurun dibandingkan pekan lalu yang mencapai Rp 80 ribu per kilogram.

Baca Juga

Pada komoditas cabai rawit hijau dan keriting merah, harganya mencapai Rp 60 ribu per kilogram. Selain itu, untuk cabai merah besar mencapai harga Rp 40 ribu per kilogram. "Harga fluktuatif harian, bahkan pernah harga pagi dan sore bisa berbeda," kata Riswanti, Senin (6/11/2023).

Selain karena musim kemarau berkepanjangan, Riswanti menuturkan bahwa komoditas cabai ini termasuk jenis sayuran yang mudah busuk setelah dipanen. "Sehingga harga mahal ini bergantung pada pasokan petaninya," ujarnya.

Lebih lanjut, Riswanti menyebut bahwa harga komoditas pangan lainnya seperti telur juga mengalami kenaikan. Meski begitu, kenaikan harga telur ini tidak terlalu signifikan, yakni mencapai Rp 27 ribu per kilogram. "Harga telur naik dari minggu sebelumnya Rp 26 ribu per kilogram," kata Riswanti. 

Sementara untuk harga beras dikatakan terbilang stabil. Riswanti menuturkan, harga beras medium mencapai 11.933 per kilogram dan beras termurah seharga Rp 10.800 per kilogram.

"Harga gula pasir Rp 16 ribu per kilogram dan minyak goreng curah di harga Rp 13 ribu per kilogram. Sedangkan untuk daging sapi cukup stabil Rp 130 ribu per kilogram, dan daging ayam Rp 35 ribu per kilogram," ujarnya. 

Riswanti pun menuturkan bahwa masyarakat bisa membeli kebutuhan pokok termasuk cabai, beras, dan telur pada kegiatan Gerakan Pasar Murah (GPM) yang digelar di kemantren-kemantren. GPM menawarkan harga yang lebih murah kepada masyarakat karena sudah diberikan subsidi. 

"GPM yang dilaksanakan di kemantren-kemantren di Kota Yogyakarta dengan harga subsidi, sehingga tidak terlalu tinggi dan bisa menjadi opsi membeli bahan pokok dengan harga miring," kata Riswanti.

Salah satu pedagang bahan pokok di Pasar Giwangan, Kota Yogyakarta, Edi Sujianto mengatakan bahwa kemarau berkepanjangan mengakibatkan harga bahan pokok naik drastis. Edi menyebut banyak pembeli yang mengeluhkan naiknya harga bahan pokok ini. 

"Memang naik sejak satu minggu ini, mungkin karena kemarau berkepanjangan sehingga produksi cabai tidak banyak dan bisa jadi langka. Disini untuk cabai rawit kami jual Rp 76 ribu per kilogram dan cabai merah keriting Rp 70 ribu per kilogram," kata Edi. 

Meskipun harga cabai naik, daya beli masyarakat dikatakan tetap stabil. Edi pun berharap harga komoditas cabai ini segera turun dan stabil di Kota Yogyakarta. 

"Biasanya pembeli membeli cabai dalam jumlah banyak, tetapi karena sedang naik jumlah yang dibeli (jadinya) sedikit," ungkap Edi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement