Rabu 15 Nov 2023 16:10 WIB

Garap Film Keberhasilan Bangun Desa, Kemendagri Gandeng Sutradara Hanung Bramantyo

Film dokumenter terdiri dari empat cerita kisah nyata di empat tempat.

Hanung Bramantyo
Foto: Surya Dinata/RepublikaTV
Hanung Bramantyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Terdapat begitu banyak kisah perjuangan membangun desa yang belum tersampaikan ke masyarakat luas. Padahal, begitu banyak pelajaran dan inspirasi yang bisa dipetik dari perjuangan dan gotong-royong warga desa bersama apparat pemerintahan desa untuk membangun desanya menjadi maju, mandiri, dan sejahtera. 

Untuk menggali dan menuturkan kisah-kisah inspiratif itulah, Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam Negeri menggandeng sutradara Hanung Bramantyo yang dikenal dengan film-film Box Office besutannya, dalam suatu produksi film-film dokumenter kisah sukses pembangunan desa. 

Direktur Lembaga Kemasyarakatan dan Adat Desa, PKK dan Posyandu Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam Negeri, TB Chaerul Dwi Sapta menjelaskan, film dokumenter tersebut mengangkat cerita yang benar-benar terjadi dari para tokoh yang berjuang untuk kemajuan desanya, dan bisa menjadi inspirasi bagi yang lain. 

"Kami ingin menyampaikan ke masyarakat luas, kisah-kisah inspirasi perjuangan desa. Yang sekarang banyak tersedia dalam bentuk buku dan film baru menceritakan perjuangan individu. Nah, di sini kami menggambarkan perjuangan dan gotong royong warga dan aparat pemerintahan desa. Kami ingin sampaikan bahwa di desa masih ada harapan untuk tumbuh dan berkembang,” papar Chairul, usai melakukan preview film-film tersebut di kantor Dapur Film, di Jakarta, Senin (13/11/2023). 

Chaerul menambahkan, inti dari kisah film-film ini adalah manusia karena tanpa kualitas manusia, Indonesia tidak akan maju. "Desa adalah embrio dari negara, dan manusia desa yang maju adalah syarat kemajuan bangsa," tuturnya. 

Film dokumenter yang diproduksi terdiri dari empat cerita yang berangkat dari kisah nyata di empat tempat, yakni Desa Mandalagiri, Tasikmalaya, Jawa Barat; Desa Tanjung Setia, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, Nagari (desa) Padang Ganting, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat; dan Desa Akebay di Pulau Maitara, Tidore, Maluku Utara. 

"Pemilihan empat lokasi tersebut disesuaikan dengan tokoh-tokoh utama yang diangkat dalam film ini. Adapun pemilihan tokoh, dipilih melalui riset panjang, tentang sosok-sosok penting yang rela kembali ke desa dan berjuang untuk memajukannya," kata Hanung. 

Hanung mengatakan, karena cerita yang diangkat adalah cerita yang benar-benar terjadi, dan tokohnya juga nyata, maka harapannya, film ini punya dampak nyata dalam menggerakkan masyarakat untuk lebih peduli lagi pada kemajuan desa.  

"Saya sudah lama bersentuhan dengan pembangunan desa. Lebih tepatnya saat shooting film Sultan Agung pada 2018. Waktu itu, ada satu kepala desa yang dalam pandangan saya, adalah sosok menarik yang bekerja untuk desanya. Sejak saat itu, saya sudah terpikir untuk membuat film tentang desa. Karena itu, ketika ada ajakan dari Kementerian Dalam Negeri membuat film dengan tujuan memajukan desa, saya langsung menyanggupinya," tuturnya.

Film ini merupakan yang pertama yang pernah diproduksi Kemendagri. Karena itu, Chaerul ingin film ini betul-betul layak ditonton masyarakat dan memberikan dampak nyata bagi kemajuan desa. Inilah alasan kenapa ia menggandeng sutradara senior yang karya-karyanya sudah mendapatkan banyak penghargaan. 

"Kami percaya Mas Hanung mampu membuat film ini disukai masyarakat dan pesannya tersampaikan. Mas Hanung sudah melahirkan banyak film berkualitas, dan saya berharap, film dokumenter ini juga tidak kalah kualitasnya dari film-filmnya yang lain," tuturnya.

Film-film dokumenter ini akan segara ditayangkan dalam acara-acara yang dikelola Kemendagri maupun saluran digital. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement