Jumat 24 Nov 2023 16:15 WIB

Para Rektor Perguruan Tinggi di Yogyakarta Serukan Pemilu Damai

Ova mengatakan pemilu 2024 yang demokratis memiliki makna yang semakin penting.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Fernan Rahadi
Sejumlah pimpinan universitas di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyampaikan Seruan Pemilu Damai di Gedung Pusat UGM, Sleman, Jumat (24/11/2023) siang.
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Sejumlah pimpinan universitas di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyampaikan Seruan Pemilu Damai di Gedung Pusat UGM, Sleman, Jumat (24/11/2023) siang.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sejumlah pimpinan universitas di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyampaikan Seruan Pemilu Damai di Gedung Pusat UGM, Sleman, Jumat (24/11/2023) siang. Rektor UGM Ova Emilia mengawali seruan Pemilu Damai.

"Di antara tahapan krusial yang akan segera kita sambut sebagai rangkaian penyelenggaraan Pemilu 2024 adalah kampanye pada 28 November 2023 sampai dengan 10 Februari 2024, sebagai wahana untuk sosialisasi dan pengenalan program politik, pengenalan kandidat dan partai politik dengan rencana kerjanya, sekaligus mengenali rekam jejak mereka," kata Ova di Gedung Pusat, Jumat.

Ova mengatakan pemilu 2024 yang demokratis memiliki makna yang semakin penting, mengingat Indonesia masih menjadi salah satu referensi penting berjalannya sistem demokrasi di tengah kemunduran ekstrem demokrasi di berbagai negara.

Terdapat lima poin seruan yang dibacakan secara bergantian oleh para rektor universitas di Yogyakarta. Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Fathul Wahid membacakan poin pertama Seruan Pemilu Damai.

"Mewujudkan kampanye yang substantif dan berkualitas, ditandai dengan dialog yang dinamis dan konstruktif, proses interaksi untuk membangun konsensus tentang hal-hal strategis menyangkut masa depan demi kebaikan dan kemajuan Indonesia," kata Fathul. 

Kedua, civitas akademica juga menyerukan  untuk mengedepankan kedewasaan sikap, pemikiran, dan kematangan politik para pemimpin dan kandidat dalam menyikapi dan mengelola segala perbedaan dan keagamaan cara pandang sebagai realitas yang lumrah dalam peristiwa demokrasi. Ketiga, menghindari sikap destruktif, tindakan sewenang-wenang, perilaku kekerasan yang merusak dan memecah belah komponen bangsa, menghindari dan mencegah hate speech, hoaks, fitnah dan adu domba yang cenderung merugikan rakyat Indonesia dan mengorbankan kepentingan nasional karena itu bentuk kemunduran demokrasi.

"Mendorong segenap kontestan Pemilu Penyelenggara Pemilu, dan Aparatur Negara untuk mengedepankan ketaatan terhadap peraturan dan hukum yang berlaku, menjaga integritas dan kejujuran, bersikap adil serta berkomitmen bersama demi mewujudkan Pemilu bermartabat dan kredibel, sebagai kunci menjaga demokrasi yang berkualitas," kata Wakil Ketua III APMD Tri Agus Susanto membacakan poin seruan keempat.

Poin seruan terakhir dibacakan Rektor UPN Veteran Yogyakarta Mohammad Irhas Effendi. "Mengajak segenap komponen masyarakat sipil insan akademik, jurnalis, tokoh agama, lembaga swadaya masyarakat, dan berbagai pihak yang peduli dan berkomitmen untuk berpartisipasi aktif bersama menjadi bagian dari upaya menyukseskan Pemilu sebagai agenda nasional, dengan cara-cara edukatif, mencerahkan dan kritis, sebagai bagian dari tanggung jawab merawat demokrasi Indonesia," ucap Irhas.

"Demikian seruan moral ini disampaikan dengan penuh harapan, ajakan untuk mengawal penyelenggaraan Pemilu 2024 agar berlangsung dengan damai, bermartabat, berkualitas dan bermakna bagi masa depan kebangsaan, demokrasi, dan kemanusiaan," kata Ova mengakhiri Seruan Pemilu Damai. 

Sejumlah pimpinan universitas di Yogyakarta yang menghadiri Seruan Pemilu Damai yakni Perwakilan UNY Ponty Sya'banto Putra Hutama, Rektor Sanata Dharma Albertus Bagus Laksana, Rektor UGM Ova Emilia. Selain itu turut hadir juga Rektor UII Fathul Wahid, Rektor UIN Al Makin, Rektor UPN Mohammad Irhas Effendi, Rektor UAJY Sri Nurhartanto, dan Wakil Ketua APMD Tri Agus Susanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement