Selasa 28 Nov 2023 12:59 WIB

Musim Hujan Tiba, 600 Personel Gabungan Siaga Bencana Hidrometeorologi di Bantul

Diperlukan langkah-langkah penanggulangan bencana.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
 Apel siaga bencana hidrometeorologi di Lapangan Paseban, Kabupaten Bantul, DIY.
Foto: Idealisa Masyrafina
Apel siaga bencana hidrometeorologi di Lapangan Paseban, Kabupaten Bantul, DIY.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Memasuki musim hujan, Pemerintah Kabupaten Bantul menggelar apel siaga bencana hidrometeorologi di Lapangan Paseban, Kabupaten Bantul, Selasa (28/11/2023). Apel diikuti oleh 600 personel dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Basarnas, Polri, TNI, hingga Tagana dan PMI.

Sekretaris Daerah Bantul Agus Budiraharja dalam arahannya menyampaikan, apel tersebut dilaksanakan untuk mengantisipasi dan menghadapi bencana hidrometeorologi yang diperkirakan akan mendatangi Bantul di akhir 2023 dan awal 2024.

"Ini bentuk mitigasi bencana yang harus kita lakukan. Frekuensi dan jumlah kejadian banjir, tanah longsor, cuaca ekstrem, dan gelombang tinggi diperkirakan akan meningkat selama periode tersebut," ujar Agus mewakili bupati Bantul sebagai pemimpin apel.

Ia memaparkan berdasarkan data Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops), Kabupaten Bantul pernah mengalami bencana hidrometeorologi yang cukup parah pada 2017 dan 2019 akibat siklon tropis Cempaka dan Savannah.

Akibatnya, banjir, tanah longsor dan cuaca ekstrem melanda sebagian besar wilayah Bantul. Menurut sekda, dampaknya sangat dirasakan sehingga Pemkab Bantul harus menetapkan status tanggap darurat sebagai respons waktu itu.

"Berkaca pada itu, diperlukan langkah-langkah penanggulangan bencana hidrometeorologi, yang melibatkan koordinasi antara pemda, masyarakat, akademis, media massa, dan dunia usaha secara komprehensif," ujarnya.

Pencegahan dini melalui pemahaman risiko bencana, peningkatan kepekaan masyarakat terhadap bahaya, serta penguatan koordinasi pentahelix menjadi fokus utama. Selain itu, sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenali lingkungan, dan potensi bencana juga menjadi hal yang sangat penting.

Tak lupa kesiapsiagaan juga harus ditingkatkan khususnya ketika potensi bencana sudah semakin dekat. Kepala BPBD Bantul Agus Yuli Herwanto menyebutkan terdapat 29 kalurahan yang memiliki potensi bencana hidrometeorologi.

"Untuk antisipasinya kami sudah mempersiapkan sarana prasarana seperti genset, perahu karet, pelampung. Lalu mengaktifkan kembali Pos Bansor (banjir longsor) dan angin kencang di 29 kalurahan," kata Agus.

Menurutnya, bencana hidrometeorologi seringkali tidak bisa diprediksi. Untuk itu ia mengimbau agar masyarakat memperhatikan tanda-tanda bencana. Misalnya, memangkas pohon-pohon yang sudah rimbun agar tidak tumbang saat angin kencang.

Kemudian memperhatikan wilayah yang rawan longsor, seperti tebing curam dengan kemiringan lebih 45 derajat. Hutan gundul dan tebing yang tidak memiliki drainase juga rawan terjadi longsor.

Untuk itu, warga yang berada di tinggal wilayah dekat dengan sumber longsor tersebut dihimbau agar mengungsi ke tempat yang lebih aman.

"Kalau banjir, tidak harus terjadi di Bantul, di utara DIY ada potensi banjir di Bantul. Masyarakat harus lebih waspada," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement