Kamis 07 Dec 2023 06:06 WIB

Pertanian Padi Kurang Diminati Generasi Milenial, Mengapa?

Sentuhan teknologi canggih belum masuk sepenuhnya di bidang tanaman padi.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Fernan Rahadi
Ilustrasi para petani memanen padi secara tradisional di sawah yang mereka garap, di lingkungan di Desa Boto, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, pada masa panen raya padi Februari 2023 lalu. Dispertanikap Kabupaten Semarang melakukan antisipasi dalam menjaga produktifitas pertanian di tengah prediksi El Nino lemah yang berpeluang terjadi pada pertengahan tahun ini.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Ilustrasi para petani memanen padi secara tradisional di sawah yang mereka garap, di lingkungan di Desa Boto, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, pada masa panen raya padi Februari 2023 lalu. Dispertanikap Kabupaten Semarang melakukan antisipasi dalam menjaga produktifitas pertanian di tengah prediksi El Nino lemah yang berpeluang terjadi pada pertengahan tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG --  Pertanian di bidang padi kurang diminati oleh generasi milenial di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Hal ini berdasarkan hasil pelatihan petani milenial yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang sejak 2021.

Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang, Avicenna Medisica Saniputera menyatakan, pihaknya telah memberikan pelatihan terhadap 6.000-an orang dari generasi milenial di Kabupaten Malang sejak 2021.

"Jadi ada pelatihan manajemen bisnis, penyusunan proposal, pelatihan budidaya tanaman pangan, hortikultura, kemudian pascapanen, pengolahan kopi, barista, peternakan juga ada," kata Avicenna saat dihubungi Republika. 

Sebagian besar peserta telah terjun menjadi petani di wilayahnya masing-masing. Namun sebagian besar lebih memilih menggeluti bidang hortikultura kopi. Kemudian juga ada yang memilih fokus pada aspek pascapanen seperti barista dan lain-lain.

Ia mengaku kendala yang dihadapinya adalah peminatan terhadap tanaman pangan padi sangat kecil. Dari 6.000-an peserta, hanya 200 orang yang memilih bidang pertanian padi. Bahkan, dia memperkirakan jumlahnya tidak sampai 200 orang.

Avicenna tidak mengetahui pasti mengapa generasi milenial tidak tertarik pada tanaman padi. Namun, dia menduga adanya pola pikir bahwa bertani di bidang padi berarti menjadi petani sesungguhnya. 

Selain itu, sentuhan teknologi canggih belum masuk sepenuhnya di bidang tanaman padi. Belum lagi petani padi lebih banyak beraktivitas di lahan seperti membajak sawah. 

Melihat kondisi tersebut, Avicenna pun menilai, itu sebagai pekerjaan bersama yang harus dipecahkan. "Tentang bagaimana caranya regenerasi di bidang pertanian ini betul-betul bisa berjalan dengan baik. Yang kuncinya menimbulkan keminatan generasi muda untuk terjun di dunia pertanian," ungkapnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah petani Indonesia sejak 2013 terus mengalami penurunan. Saat ini, jumlah petani di Indonesia sebanyak 29,3 juta petani, berkurang dari tahun 2013 yang mencapai 31 juta petani. Petani di Tanah Air juga didominasi petani berusia tua.

Sekretaris Utama BPS Atqo Mardiyanto mengatakan, meski jumlah Usaha Pertanian Perorangan (UTP) menurun, tapi untuk rumah tangga usaha pertanian (RTUP) naik 8,74 persen. Saat ini, ada 28,4 juta RTUP di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement