Rabu 29 Oct 2025 14:17 WIB
Lentera

AmikomIsMe: dari Slogan Kampus Menjadi Jati Diri yang Hidup

Gerakan ini diharapkan dapat memperkuat nilai-nilai yang selama ini telah tumbuh.

Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta
Foto: amikom
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta

Oleh : Prof Ema Utami (Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Amikom Yogyakarta)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Universitas Amikom Yogyakarta meluncurkan slogan baru sebagai identitas bagi sivitas akademika, 'AmikomIsMe' dalam puncak Dies Natalis ke-31 yang lalu. Sebuah identitas baru yang menyatukan seluruh elemen kampus, yakni mahasiswa, dosen, karyawan, alumni, dan mitra dalam satu gerakan dan semangat menjadi 'Amikom' dengan sesungguhnya.

Gerakan ini diharapkan dapat memperkuat nilai-nilai yang selama ini telah tumbuh dan melekat bersama Amikom lebih dari tiga dekade. Nilai kreatif, inovatif, humanis, dan selalu mampu mengikuti perkembangan tren teknologi yang telah menjadi penciri harus terus diperkuat seiring dengan cepatnya perkembangan zaman.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Kata 'isme' dalam 'AmikomIsMe' atau sering ditemui di berbagai paham berakar pada makna gagasan, nilai dan sistem berpikir. Kata ini sering diartikan sebagai paham atau ajaran yang dipegang oleh sekelompok orang. Namun 'isme' hanya dapat berhenti sebagai konsep atau teori jika paham tersebut tidak diamalkan, ia belum benar-benar hidup. Perlu tindakan nyata dari konsep tersebut, seperti menggeser makna dari 'isme' menjadi 'IsMe' atau dibaca 'is me'. Tentu yang diharapkan bukan sekadar permainan huruf dan kata tetapi merupakan transformasi filosofis, yakni dari konsep menjadi bagian integral setiap diri.

AmikomIsMe tentu diharapkan selain menjadi slogan baru dalam web, baliho, atau video promosi namun juga harus menjadi 'Amikom is me', aku adalah Amikom dan Amikom adalah aku. Dengan demikian setiap diri dari sivitas akademika Universitas Amikom Yogyakarta diharapkan dapat mewujudkan setiap nilai kreatif, inovatif, humanis, dan dekat dengan teknologi sebagai bagian dalam kehidupan sehari-hari. Gerakan ini tentu sangat sesuai dengan perkembangan tuntutan global yang semakin ketat dan butuh mindset yang menyatu dalam diri.

Peluncuran gerakan ini mengingatkan kembali waktu pertama kali saya menerbitkan buku berjudul 'Digital.Is.Me' di tahun 2019. Sebuah buku yang mengusung filosofi serupa yakni bahwa saat ini kehidupan digital sudah tidak bisa dipisahkan dari setiap pribadi dan harus dibangun dengan nilai-nilai positif, etika, dan spiritualitas. Buku yang saat ini telah sampai jilid ke-3 ini merupakan kumpulan tulisan dari kolom rutin saya di media, seperti Republika ini. Buku yang mengeksplorasi bagaimana teknologi informasi bisa diintegrasikan dengan inspirasi Islam untuk menciptakan dampak positif.

Di dalam buku tersebut ditekankan bahwa digital merupakan bagian dari 'is me', identitas diri yang harus diwarnai nilai spiritual agar tidak alienasi di era cepat ini. Mirip dengan AmikomIsMe, buku tersebut mengajak kita semua untuk memahami teknologi dengan ekstensi diri yang humanis dan inovatif. Untuk mewujudkan kedua 'Is Me' tersebut tentu tidaklah mudah, banyak tantangan dan hambatan yang akan dilalui. Dibutuhkan usaha, upaya, tenaga konsisten yang dipastikan memerlukan keikhlasan dan keridhoan dari setiap pribadi. Dengan demikian perlu pemahaman, internalisasi, perwujudan dari “isme” ini agar bisa menjadi evolusi kolektif.

Transformasi 'isme' menjadi 'Is Me' di Universitas Amikom Yogyakarta telah dimulai dengan 'invasi damai' di berbagai tempat dan kegiatan. Program seperti nyicip kuliah, festival fakultas dan prodi, invasi ke sekolah dan lain sebagainya menjadi momen untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita. Seluruh elemen kampus sudah seharusnya mendukung dan berpartisipasi di dalamnya. Gerakan AmikomIsMe diharapkan menjadi panggilan untuk setiap individu agar terus bertransformasi, mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan nilai spiritual, dan berkolaborasi demi masa depan yang lebih baik.

Mari kita jadikan AmikomIsMe sebagai bagian dari 'Is Me' kita, dan bersama-sama invasi masa depan dengan semangat inovatif yang berlandaskan iman. Sebab perubahan sejati selalu dimulai dari dalam diri, sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”(QS. Ar-Ra’d [13]: 11). Wallāhu a‘lam.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement